Thursday 26 November 2015

Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan


Ada apa dengan Bangsa ini? Bagaimana Generasi mendatang?

Akhir-akhir ini banyak terjadi hal-hal yang sunnguh tidak lazim di sekitar Kita; Kekerasan terhadap anak, Perilaku sexual menyimpang, Pembunuhan, Begal, Penyalahgunaan Narkoba dan tindak kriminal lainnya termasuk kasus korupsi.
Coba kita lihat data berikut:

  • ·         158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • ·         42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • ·         30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
·        Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU, KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
(Sumber : Litbang Kompas)

Begitu memprihatinkan, bukan?

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Keluarga adalah Lingkungan terkecil dimana Pendidikan Karakter harus diberikan. Para Orangtua berperan penting sebagai Role Model dalam implementasi Pendidikan Karakter melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya di Tahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan Good Character.

Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh Emotional Quotient.
Bagaimana dengan Bangsa Kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk di kursi penting Pemerintahan Negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian Negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan bisa dicontoh? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?

Dari sudut pandang psikologis, terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan memiliki kecenderungan seperti itu. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan di sekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?


Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)

Friday 20 November 2015

Rencana Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2016




Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan tiga ujian nasional (UN) di tahun 2016. UN pertama merupakan ujian perbaikan bagi peserta UN tahun 2015 yang belum memenuhi standar kompetensi lulusan (SKL) pada satu atau lebih mata pelajaran, dan berkeinginan memperbaikinya. UN kedua, merupakan ujian utama tahun 2016 dengan kisi-kisi baru, dan UN ketiga merupakan perbaikan bagi peserta UN tahun 2016.

Rencana ujian nasional tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno, pada rapat koordinasi Mendikbud dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala LPMP, dan Kepala P4TK seluruh Indonesia, Jumat (10/07/2015) di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut Totok menyebutkan tanggal-tanggal penting untuk pelaksanaan ketiga UN tersebut. UN pertama yang dijadwalkan adalah UN perbaikan 2015 yang akan dilaksanakan pada 22 Februari 2016. Untuk UN utama 2016 akan dilaksanakan  mulai 4 April, dan UN perbaikan tahun 2016 akan dilaksanakan awal Juni/September.

Untuk materi ujian, kata Totok, disesuaikan dengan jenis UN. UN perbaikan tahun 2015 materi ujiannya sesuai dengan kisi-kisi UN 2015. Untuk UN utama 2016 materi ujiannya ada tiga, yaitu irisan kurikulum KTSP dan K13, Kisi-kisi UN yang dikeluarkan BSNP (bersifat makro), dan sesuai dengan ketuntasan kurikulum. “Sedangkan untuk UN perbaikan 2016, materinya sama dengan UN utama 2016,” tuturnya.

Dari sisi pelaksanaan, Totok menjelaskan, UN perbaikan 2015 akan dilakukan dengan berbasis komputer. Ujian akan dilaksanakan di SMA/SMK di domisili siswa saat ini dan siswa dapat mendaftar secara online ke dinas provinsi. Untuk UN utama di 2016 akan dilaksanakan di sekolah masing-masing dengan berbasis kertas dan komputer. Sedangkan untuk UN perbaikan 2016, mekanismenya sama dengan UN perbaikan 2015, yaitu berbasis komputer dan pendaftaran dilakukan secara online di dinas provinsi

Jakarta, Kemendikbud 

Thursday 19 November 2015

10 Cara Belajar Efektif




METODE belajar menghafal dari buku adalah sudah kuno. Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjajali otak dengan semua materi pelajaran, tetapi cara ini belum tentu efektif pada saat kita harus menjabarkan kembali hasil hafalan tersebut.
Lalu apa yang harus kita lakukan bila ingin belajar tetapi sulit berkonsentrasi membaca buku? Berikut 10 cara belajar asyik yang bisa kita terapkan.

1. Menandai bagian penting
Teknik menandai bagian paling penting dari apa yang sudah kita baca ini adalah salah satu tips belajar paling sederhana dan banyak dipakai. Baca teks dengan komprehensif terlebih dahulu, kemudian tandai kata-kata kunci atau kalimat utama. Dengan begitu, kita bisa mengolah informasi tersebut dengan kata-kata sendiri saat dibutuhkan.

2. Buatlah catatan
Pada dasarnya tujuan mencatat adalah untuk meringkas bahan kuliah atau artikel dalam kata-kata sendiri, sehingga dapat dengan mudah mengingat hasil pemikiran yang ditulis. Kuncinya adalah meringkas konten secepat mungkin sementara tidak meninggalkan informasi yang penting. Kita bisa membuat catatan di secarik kertas, di bagian belakang buku teks atau menggunakan smartphone. Demikian seperti dinukil dari Exam Time, Jumat (13/2/2015).

3. Pemetaan pikiran
Keuntungan dari pemetaan pikiran atau mind map adalah kita dapat menghemat banyak waktu belajar dan lebih memperkuat pengetahuan untuk ujian. Peta pikiran adalah alat yang sangat serbaguna. Ia dapat digunakan untuk berdebat, menguraikan esai atau topik penelitian dan untuk persiapan ujian umum.
Bila sudah terbiasa, kemampuan kita dalam membuat peta pikiran akan semakin cepat dan mudah, sehingga metode ini akan menjadi alat yang ideal untuk menghadapi ujian.

4. Flashcards
Metode flashcards adalah metode yang sangat efektif untuk belajar ketika kita mencoba untuk mencerna berbagai fakta, tanggal, formula atau kosa kata. Mata pelajaran seperti Sejarah, Fisika, Matematika, Kimia, Geografi atau bahasa apa pun akan lebih mudah dipelajari mengunakan flashcards.

5. Studi Kasus
Studi kasus dapat membantu kita memvisualisasikan teori dan menempatkannya dalam konteks yang lebih familiar dan realistis. Studi kasus biasa digunakan untuk memahami implikasi dari beberapa teori. Hal ini sangat berguna dalam mata pelajaran bisnis atau hukum. Dengan cara ini kita dapat lebih memahami penerapan teori dan apakah teori itu benar-benar menyatakan tesis.

6. Kuis
Metode kuis menanyakan kembali materi yang sudah kita pelajari. Ini adalah cara yang baik untuk mereviu kembali ke catatan studi dalam beberapa minggu dan hari sebelum ujian. Kuis dapat menunjukkan di mana letak kekuatan dan kelemahan kita sehingga memungkinkan kita untuk memfokuskan belajar agar lebih tepat. Metode kuis bisa dilakukan dapat melakukannya secara berkelompok dengan teman atau dengan keluarga.

7. Brainstorming
Ini adalah teknik belajar lain yang ideal untuk dilakukan bersama teman-teman atau teman sekelas. Brainstorming adalah cara yang bagus untuk memperluas setiap ide yang mungkin keluar dari topik apa pun. Tidak ada jawaban yang salah saat melakukan brainstorming, yang dilakukan hanya berargumen dan menangkap ide-ide, sehingga kita dapat meninjau jawaban-jawaban itu sesudahnya.

8. Mnemonic
Teknik mnemonic sudah dikenal sejak zaman Yunani dan Romawi kuno dan masih digunakan hingga sekarang. Mnemonic adalah teknik untuk memudahkan mengingat suatu konsep dengan mengasosiasikannya dengan konsep lain yang lebih familiar bagi kita. Ada banyak cara untuk menerapkan metode mnemonic dan ini tergantung dari kreativitas seseorang.
Contoh mnemonic yang paling populer adalah pengucapan "Mejikuhibiniu" (Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu) yang digunakan untuk menghafalkan warna pelangi.

9. Mengatur waktu belajar
Proses belajar akan lebih tertata dengan jadwal belajar. Jadwal studi memberikan kita gambaran waktu dan tujuan yang harus dicapai. Banyak aplikasi online gratis yang berguna untuk mengatur jadwal belajar menjadi jauh lebih mudah.

10. Menggambar
Banyak orang merasa lebih mudah untuk mengingat gambar daripada teks. Itulah sebabnya mereka lebih mampu menghafal konsep jika diilustrasikan dengan foto atau gambar.

Selamat belajar!

Monday 16 November 2015

Belajar Dengan Cinta




BELAJAR YANG MENYENANGKAN ? CARANYA?

Selama ini belajar bukanlah hal yang menyenangkan bagi sebagian anak, tidak jarang anak kita langsung badmood ketika kita menuntutnya belajar atau hanya sekedar mengerjakan tugas sekolahnya. Sebagian penyebabnya, karena kita masih banyak menggunakan sistem motivasi eksternal yaitu dengan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) agar anak-anak mau belajar. Memang, motivasi seperti ini lebih cepat diaplikasikan dan membuat anak mau menurut. Akan tetapi, ternyata sistem seperti ini memiliki efek ketergantungan jangka panjang, dan kurang baik dari segi emosional anak.
Mengapa?
Karena hal yang dibutuhkan anak untuk mau belajar sesungguhnya bukanlah hadiah-hadiah. Akan tetapi mereka memiliki kebutuhan untuk belajar dengan cinta, penghargaan, kebebasan, kenyamanan, dan cara yang menyenangkan. Dan untuk memenuhi kebutuhan ini, orangtualah yang pertama kali harus bisa menciptakan lingkungan rumah yang hangat dan layak belajar.

1. Belajar dengan cinta
Sebagai orangtua, kita harus bisa menciptakan kondisi dimana anak merasa dicintai, diterima, dan dimiliki oleh orangtuanya. Dalam hal-hal yang sederhana saja misalnya, dengan  menyambut mereka di pintu saat mereka pulang sekolah, melibatkan mereka dalam kegiatan apa yang ingin mereka lakukan, mengajak mereka ngobrol dengan hangat saat mereka pulang sekolah sambil makan siang, dsb. Ketika anak-anak mengerti bahwa mereka diperhatikan, dicintai, diterima, dimiliki, maka akan dengan mudah mereka merasa nyaman di rumah.

2. Belajar dengan penghargaan
Terkadang kita lupa, bahwa penghargaan sesungguhnya yang dibutuhkan anak bukanlah hadiah atau piala, melainkan rasa dihargai itu sendiri. Anak-anak merasa dihargai saat mereka diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka atau masukan-masukan dari mereka tentang rumah, perilaku, atau pelajaran. Mereka merasa dihargai saat kita memberikan lingkungan rumah yang kondusif, sesuai dengan gaya belajar anak. Mereka akan merasa dihargai ketika kita tidak hanya berkutat pada hasil akhir belajar, tapi pada proses ketika mereka berjuang dan belajar untuk dapat membuat kita bangga. Karena memang setiap anak memiliki passion dan kemampuan yang berbeda-beda, kita pun tidak bisa menuntut mereka untuk bisa selalu menjadi yang terbaik. Namun latih mereka untuk selalu melakukan yang terbaik dari apa yang mereka mampu usahakan.

3. Belajar dengan kebebasan
Apa yang umum terjadi adalah tidak ada atau kurangnya kebebasan anak dalam belajar. Mereka sering kali kita kekang dengan aturan dan keinginan kita, tanpa kita mau melihat bahwa sesungguhnya mereka ingin diberikan hak mereka untuk “bebas”. Di sekolah saja, anak-anak sudah harus mengikuti aturan ketat, yakni jam-jam pelajaran yang sudah ditentukan. Tentunya ketika mereka sampai di rumah, mereka ingin bebas menentukan “jam” mereka sendiri. Mereka ingin bebas memilih dimana mereka ingin belajar, dengan guru siapa yang mereka anggap lebih bisa memahamkan mereka, bebas menentukan posisi duduk, bebas menentukan pelajaran apa yang ingin lebih dulu mereka pelajari, dsb. Berikan mereka kebebasan, namun tanamkan pula pada mereka tanggungjawab.

4. Belajar dengan nyaman
Di sekolah, anak-anak tidak bisa bebas makan pada saat jam pelajaran. Tidak bisa, karena memang para guru membuat aturan demikian. Sesungguhnya lebih kepada karena guru tidak ingin ada murid yang mengacaukan kelasnya dengan suara mengunyah atau membuka bungkus, mengacaukan konsentrasi teman-temannya, dan mengacaukan konsentrasi guru saat mengajar. Tapi, rumah adalah sekolah yang harusnya menjadi paling nyaman bagi anak. Buang aturan-aturan tak masuk akal, dan buatlah lingkungan senyaman mungkin. Bila anak lebih suka belajar dengan duduk lesehan, sediakan bantal duduk yang empuk dan nyaman untuknya. Sediakan pula snack atau camilan dan air minum. Buka jendela lebar-lebar – bila memungkinkan – agar udara segar dapat masuk dan memberikan rasa fresh pada anak. Tak lupa, Anda bisa membuat aturan yang disepakati bersama soal belajar di rumah. Minta mereka memberikan masukan tentang apa yang ingin mereka miliki tentang aturan tersebut, agar mereka pun juga belajar bertanggungjawab atas aturan yang mereka buat sendiri.

5. Belajar dengan cara yang menyenangkan
Kebutuhan belajar dengan cara yang menyenangkan adalah kebutuhan yang terpenting dalam proses belajar anak. Bayangkan ketika anak kita paksa untuk belajar terlalu serius, dengan aturan yang ketat, tidak boleh tertawa, tidak boleh makan dan minum. Yang ada justru anak akan depresi, dan kemudian menolak untuk belajar secara defensif. Ajak anak-anak untuk belajar sambil bermain, seperti memainkan “Who Wants To Be a Millionaire” atau “Apa Ini Apa Itu” atau “Quiz Rangking 1” dsb. Jika perlu, adakan outbound atau PLK (pelajaran luar kelas) untuk memahami materi-materi tertentu sesuai dengan tema pelajaran yang sedang dibahas. Kegiatan belajar dengan metode bermain dapat memberikan anak inspirasi baru, kreativitas, dan dapat mengurangi stress mereka.
Setiap anak memiliki motivasi, tapi kebanyakan mereka tidak memiliki motivasi untuk belajar dan bertingkah laku sesuai dengan harapan orangtua. Jika kita ingin anak-anak belajar dan bertingkah laku sesuai dengan harapan kita, lebih dulu kita harus bisa memberikan apa-apa yang mereka butuhkan. Tidak hanya untuk membangun sebuah hubungan sosial-emosional yang kuat saja antara orangtua dan anak, tapi juga menumbuhkan rasa tanggungjawab dan keinginan yang kuat untuk mempelajari apa yang sudah diajarkan pada mereka.

Ayo, jadikan diri kita sebagai bagian dari “orangtua yang mendidik” !

Sunday 15 November 2015

08 Jenis Kecerdasan Anak, Cara Belajar dan Prediksi Karier yang Sesuai




Pentingnya mengetahui jenis kecerdasan anak, tidak hanya memudahkan dalam memilih metode dan gaya belajar, tapi juga mempersiapkan pilihan karir yang paling sesuai.Top of Form



Termasuk tipe manakah kecerdasan anak Anda?

Salah satu keunggulan program Homeschooling Pena Surabaya adalah dengan adanya fasilitas Homeschooler Identification Test (HIT) dengan sistem Finger Print Identification sebagai identifikasi awal  jenis dan tingkat kecerdasan serta karakter siswa yang bertujuan untuk memetakan pola, metode dan gaya belajar yang paling sesuai untuk siswa dengan harapan tidak hanya akan mengantarkannya sukses di program homeschooling, namun juga membantu siswa untuk meraih cita-cita sesuai dengan bakat dan minatnya.
Berikut 08 jenis kecerdasan anak, cara belajar dan prediksi karier yang paling sesuai;

1. KECERDASAN BAHASA (Lingusitik)
Ciri: anak dengan kecerdasan linguistik mampu mengeskpresikan pikirannya dengan baik. Ia juga pandai mampu menuliskan pengalaman dengan kreatif, atau malah hobi bercerita imajinasi dengan indahnya. Daya ingatnya kuat, sehingga mudah menghafal hal-hal baru.
Cara belajar: membaca materi pelajaran, membuat rangkuman, serta permainan kata adalah cara si Linguistik untuk menyerap informasi atau pelajaran.
Prediksi karier: penulis, editor, jurnalis, guru, penerjemah, pengacara, reporter, public relations, atau manajer.

2. KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS (logic smart)
Ciri: suka bertanya sebab-akibat akan pelbagai hal, mampu menjelaskan masalah dengan logis, suka bereksperimen untuk membuktikan dugaannya, serta menyukai permainan teka-teki/ puzzle.
Cara belajar: ajak anak mengamati dan selingi dengan kegiatan eksperimen untuk membuat kesimpulan atau menjawab dugaan. Melatih anak untuk berhitung dan memahami cara kerja perangkat elektronik adalah beberapa hal yang bisa membangkitkan minatnya.
Prediksi karier: pengacara, analis, akuntan, dokter, ilmuwan, programmer, researcher, dan banker.

3. KECERDASAN VISUAL-SPASIAL
Ciri: ciri paling mudah adalah Anak suka sekali mengingat banyak hal dengan gambar; karena itu ia adalah pemabaca peta yang baik.
Suka bermain dengan bentuk-bentuk, tak banyak bicara, namun sangat hobi corat-coret. Pandai menyelesaikan masalah karena biasanya mampu memprediksi apa yang akan terjadi dengan memperhatikan pola kejadian.
Cara belajar: mind mapping adalah cara yang paling tepat untuknya. Film, slide, atau foto adalah beberapa hal yang akan mudah ia ingat. Jika tidak, ia akan membuat coretan untuk membantunya mengingat kejadian atau materi pelajaran.
Prediksi karier: arsitek, pilot, desainer, seniman, fotografer atau animator.
Kecerdasan visual-spasial, adalah jenis kecerdasan ganda. Kadang kecerdasan visual dan spasial tidak muncul bersamaan. Bisa saja anak hanya memiliki kecerdasan visual atau spasial saja.

4. KECERDASAN MUSIKAL
Ciri: sensitif terhadap nada dan irama, serta kekuatan emosi musik, paham susunan nada yang rumit.
Cara belajar: belajar melalui puisi, kata-kata berirama dan lagu adalah cara yang paling tepat. Jika tidak, beri iringan musik klasik saat belajar.
Prediksi karier: komposer, penyanyi, pemain sandiwara, penata rekaman, penyelaras instrumen musik atau malah pembuat alat musik

5. KECERDASAN KINESTETIS
Ciri: sangat menikmati kegiatan fisik seperti melompat, memanjat, atau lari. Memiliki kontrol tubuh yang baik, reflek yang sempurna, mudah mengingat apa yang dilakukan dan bukan yang dikatakan atau malah yang diamati.
Cara belajar: belajar dengan melibatkan kegiatan fisik adalah cara belajar yang baik untuknya. Misalnya dengan mendramatisasikan proses belajar, belajar di luar ruangan, dan buat ia mempraktekan langsung ilmu yang ia peroleh di hari itu.
Prediksi karier: penari, atlet, aktor, ahli mimik, ahli bedah, pembalap, pekerja lapangan, dan perakit mesin.

6. KECERDASAN NATURALIS
Ciri: sangat menikmati saat ia berada di alam terbuka, mudah mengingat ciri hewan dan tumbuhan, sangat tertarik dengan hal yang berkaitan dengan alam dan mudah mengingat informasi yang berkaitan dengan hal tersebut.
Cara belajar: mengijinkannya memelihara hewan peliharaan adalah cara ia belajar untuk memperoleh informasi atau pun mengkonfimasi berita yang telah ia ketahui. Belajar dan bermain di udara terbuka akan lebih membuatnya bersemangat.
Prediksi karier: plantologis, petani, peneliti hewan dan tumbuhan

7. KECERDASAN SOSIAL (Interpersonal)
Ciri: pandai bernegosiasi, mahir bersosialisasi, menikmati berada di tengah orang banyak, pandai membaca situasi dengan baik.
Cara belajar: belajar kelompok akan membuatnya bersemangat untuk belajar. Beri ia proyek pelajaran sekolah agar ia bisa bekerja sama dengan orang lain. Buat daftar pertanyaan dan bangunlah komunikasi dengannya untuk mengajarkan padanya sebab-akibat suatu kejadian. Jangan lupa beri ia waktu untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
Prediksi karier: konselor, marketing, pekerja sosial, terapis, aktor, dan public relation

8. KECERDASAN INTRAPERSONAL (Intuitif)
Ciri: memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sangat mandiri, fokus, ingin berbeda dari kebanyakan orang, dan lebih suka bekerja sendiri.
Cara belajar: agar mudah fokus, beri ia ruangan tersendiri untuk belajar. Ajarkan target agar proses belajarnya terarah dan kemampuan untuk memotivasi dirinya muncul. Ajak ia membuat jurnal hidup agar bisa ia pakai untuk refleksi keuatan dan kelemahan dirinya.
Prediksi karier: trainer, wiraswasta, penulis, psikolog, pemimpin agama.
Sumber referensi
1. Lucy, Bunda. 2009. Mendidik Sesuai Minat dan Bakat Anak. Tangga Pustaka. Jakarta.
2. Dryden, Gordon. 2003. Revolusi Cara Belajar, Bagian II: Sekolah Masa Depan. Kaifa. Bandung.