Saturday 29 October 2016

Ciri Karakter Anak Bermasalah

HOMESCHOOLING PENA  
Setara ( SD/SMP/SMA ) 
TERAKREDITASI - BAN PNF

6 Ciri Karakter Anak Bermasalah


Homeschooling Pena Surabaya, 29 Oktober 2016

Mungkinkah mengetahui dan memastikan apakah seorang anak itu bermasalah dalam waktu 5-10 menit pertama saat kita bertemu dengannya? Jawabannya adalah mungkin dan pasti! Itu pertanyaan yang sering kami ajukan kepada peserta seminar ataupun para orangtua yang sedang bersemangat belajar, dan mencecar kami dengan berbagai pertanyaan seputar anaknya.
Rahasia tersebut akan kami bahas sekarang, rahasia yang sering kami gunakan untuk menganalisa seorang anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak. Tenang ini bukan obral janji, tetapi ini pasti.
Dari hasil menangani berbagai kasus keluarga dan individu, maka terbentuklah suatu pola akurat yang dapat dipahami pada setiap individu. Jika seseorang memiliki masalah, sebagian besar masalah tersebut berasal dari 2 hal, yaitu:
  • Keluarga (keluarga yang membentuk masalah tersebut secara tidak sengaja).
  • Masalah tersebut berasal dari usia 7 tahun kebawah.
Keluarga, adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak di Indonesia menghabiskan waktunya 60-80% bersama keluarga. Pada dasarnya manusia berbeda dengan binatang, seekor anak kucing yang baru lahir bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa.
Tetapi manusia tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek emosi. Kita akan membahas hal ini di lain kesempatan, kini kita kembali ke cara mengetahui ciri anak bermasalah.
Usia 7 tahun kebawah? Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah atau asal muasal masalah atau hambatan seorang manusia tercipta. Istilah kerennya Mental Block. Karakter yang menghabat pencapaian cita-cita pribadi kita. Dan biasanya akan terasa pada usia 22 tahun keatas.
Ya Mental Block seperti program yang seakan-akan dipersiapkan (karena ketidak sengajaan dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk menghambat berbagai macam aspek dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa Karier (takut kaya, takut jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi) Relationship (sulit cocok dengan pasangan atau teman, paranoid) dan lain hal, serta masih banyak lagi.
Ada apa dengan 7 tahun kebawah, dan di sekitar 7 tahun pertama kehidupan manusia? Pada masa ini kita mempunyai kebutuhan dasar Emosi yang HARUS terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi maka, akan terjadi Mental Block pada diri anak tersebut.
Inilah asal muasal dimana Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar Emosi yang dibutuhkan seorang manusia. Kebutuhan apa yang dibutuhkan pada anak seusia itu? Sehingga fatal akibatnya (pada masa dewasa anak tersebut) jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
Ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0–7 tahun bahkan lebih, cara ini adalah kunci dalam pendidikan karakter, agar karakter anak kita bisa tumbuh dan berkembang maksimal. Disamping itu ketiga hal inilah asal muasal Mental Block yang sering kali terjadi atau terasa sangat menganggu pada saat anak tersebut dewasa. Yaitu :
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima
3 kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat menghadapi hidup. Hal ini akan sangat panjang sekali jika dijelaskan.
Sebenarnya ada 6 ciri karakter anak yang bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang nampak, maka kita sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar” di kehidupan yang akan datang (semakin dewasa) dan secepatnnya dapat melakukan perbaikan. Inilah ciri-ciri karakter tersebut :

1. Susah diatur dan diajak kerja sama

Hal yang paling nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. Pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang. Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah disebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.

2. Kurang terbuka pada pada orangtua

Saat orangtua bertanya “Bagaimana sekolahnya?” Anak menjawab “Biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figur orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dan lain-lain). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai mengganti pendekatan kita.

3. Menanggapi negatif

Saat anak mulai sering berkomentar “Biarkan saja, dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.

Baca juga Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak

4. Menarik diri

Saat anak terbiasa dan sering menyendiri, asyik dengan dunianya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali pada 3 hal yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.

5. Menolak kenyataan

Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, atau “Aku tidak bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh, “Masa begitu saja tidak bisa sih, kan mama sudah beri contoh berulang-ulang”.

6. Menjadi pelawak

Suatu kejadian di sekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orangtua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima di rumah, kemanakah orangtua?

Semoga bermanfaat.

( Sumber : Pendidikan Karakter )
Enroll Now !
Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 

TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com 

 

Friday 28 October 2016

Makna Sumpah Pemuda bagi Generasi Muda

HOMESCHOOLING PENA  
Setara ( SD/SMP/SMA ) 
TERAKREDITASI - BAN PNF

Makna Sumpah Pemuda bagi Generasi Muda

 


Homeschooling Pena Surabaya, 28 Oktober 2016

Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, ada tiga butir penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita. Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya yaitu pada 17 Agustus 1945.

Sesuai namanya, Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para pemuda. Mereka kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama. Perlu diketahui, Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri.

Kegagalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme harus dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka menjadi satu, menjadi “Pemuda Indonesia”. Sumpah Pemuda diwujudkan untuk menyatukan satu rasa tanggung jawab dan kebersamaan pemuda untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.
Makna sumpah pemuda bagi generasi muda adalah untuk mengenang bagaimana semangat para pemuda dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Puncaknya terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda bersatu dalam berjuang untuk tumpah darah Indonesia.

Baca juga Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak

Jadi apa yang dapat di ambil generasi muda saat ini?

1. Pemuda harus berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia.
2. Menjaga persatuan bangsa yang memiliki kemajemukan adat dan budaya.
3. Menjunjung tinggi persatuan Indonesia di atas segalanya.
4. Mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah dengan kegiatan yang positif.
5. Menjunjung tinggi budaya Indonesia.
6. Bangga menjadi tumpah darah dan bagian Indonesia.

Oleh karena itu, generasi muda diminta untuk terus memegang kemurnian Sumpah Pemuda sebagai alat pemersatu Bangsa.

Sumber : Josua M

Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 

TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com 

Thursday 27 October 2016

3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur

HOMESCHOOLING PENA  
Setara ( SD/SMP/SMA ) 
TERAKREDITASI - BAN PNF

3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur


Homeschooling Pena Surabaya, 27 Oktober 2016

Berikut ini adalah artikel yang berfokus pada pola dan masalah belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang hal ini ,berkaitan mengenai masalah belajar anak. Kita akan memahami dan belajar tentang faktor psikologis mengapa anak bermasalah dengan nilai di sekolah.
Sebelum kita lebih jauh berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka (simbol) bukan satu-satunya penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Semua yang dialami saat dia sekolah akan banyak yang tidak digunakan kelak, jadi model pendidikan apa yang akan digunakan seorang anak hingga dia dewasa dan dapat diwariskan? Ya, didiklah karakternya dan tanamkan kesuksesan sejak awal di ladang karakternya.

Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah, apakah anda pernah punya masalah seperti ini?

Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tetapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda bisa memakluminya, tetapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:

1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi

Anda pasti bertanya tidak mungkin, Dia cemas dari mana? Kenapa dia cemas? Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orangtua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kualitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan, yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orangtua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin.
Nah anda tahu, ketika cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih. Anda tentu pernah mengalaminya bukan? Ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi, atau keharusan untuk menguasai sesuatu.

Ketika mereka merasa tidak mampu, kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba blank, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah mempelajari hal tersebut.

Nah, ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan lembar jawaban, dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa.
Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita Ahh.. kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?

Baca juga 08 Jenis Kecerdasan Anak, Cara Belajar dan Prediksi Karier yang Sesuai

Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan- tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya, kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tetapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka.
Kenapa sih nilai kamu jelek? Jarang sekali ada orangtua yang mengatakan, Mama bisa memahami kamu nak, apa yang mama bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi? Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tetapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, â€Å“Aduh kalau nilai saya jelek lagi saya pasti dimarahi, saya pasti mengecewakan mama.
Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan taku kepada mamanya, Kenapa takut? Tanya mamanya. Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak.
Nah, dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata Mama tidak masalah dengan nilaimu. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orangtua hanya mengatakan, Tidak, nilai berapapun tidak masalah kok.Tetapi ternyata itu hanya di mulut saja, kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orangtua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenarnya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.
Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? Sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.

2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah diterima anak

Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita sebagai orangtua marah-marah, dan bahkan mungkin menghukumnya. Harus berdiri di pojok, tidak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu.
Nah ketika dia menerima perlakuan itu, maka perlakuan itu akan membekas di ingatannya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan, yang dia lihat di lembar soalnya bukan soal ujian, tetapi wajah orangtuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya.
Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orangtua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang mempermalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.

Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, Beberapa hari yang lalu waktu ulangan kamu jelek, dan kemudian mama marah, bagaimana perasaanmu? Apapun yang dijawab oleh anak anda terima apa adanya.

Misalkan dia menjawab, takut atau merasa ini itu, apapun itu anda hanya perlu menjawab Oke maaf, mungkin saat itu mama terlalu berlebihan.Atau mungkin saat itu mama lepas kontrol sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tetapi sebenernya maksud mama sangat baik. Apakah kamu mau memaafkan mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya bersama-sama. Kamu pasti ingin nilai kamu baik juga kan?

Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih sayang dan untuk di terima apa adanya.

3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.

Mungkin anda bertanya, Ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya. Betul, saya percaya dan yakin bahwa setiap orangtua pasti memperhatikan anaknya. Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkualitas.

Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan cuma memperhatikan tugas-tugas yang harus dia selesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas tugas yang harus diselesaikan oleh seorang anak.

Kita hanya memperhatikan sudah mengerjakan PR atau belum? Sudah belajar atau belum? Besok kalau ulangan sudah mempersiapkan alat tulisnya? Buku sudah disiapkan belum? Kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak. Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia benar-benar diterima secara utuh oleh orangtuanya.
Semoga bermanfaat.

( Sumber : Pendidikan Karakter )

Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 

TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com 

Thursday 20 October 2016

Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak

HOMESCHOOLING PENA  
Setara ( SD/SMP/SMA ) 
TERAKREDITASI - BAN PNF

Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak


Homeschooling Pena Surabaya, 20 Oktober 2016

Apa yang sering diucapkan oleh orangtua sangatlah penting bagi anak, karena hal itu nantinya bisa membentuk kehidupan dan masa depan anak. Sayangnya hal ini tidak banyak diketahui oleh orangtua.
Seringkali orangtua merasa cemas dan frustasi karena ada banyak hal yang dikhawatirkan terhadap anaknya, seperti nilai akademis, pergaulan, lingkungan sosial, dan tuntutan hidup. Sehingga kecemasan dalam diri orangtua ini berdampak pada pola komunikasi terhadap anaknya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa bahasa mempunyai pengaruh yang besar ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Dan cara berkomunikasi yang baik dapat memberikan dampak positif pada hubungan orangtua dan anak untuk jangka waktu yang panjang.
Begitu pula dengan ucapan negatif, juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Maka dari itu gunakanlah selalu bahasa yang baik ketika mendidik anak. Berikut ini ada beberapa ucapan yang sebaiknya anda hindari ketika mendidik anda.

1. Begitu saja tidak bisa!

Ini adalah bentuk ucapan yang mewakili rasa frustasi orangtua terhadap anaknya. Seringkali ucapan seperti inilah yang menbuat mental anak jatuh, sehingga sulit untuk membuatnya memiliki prestasi tinggi.
Apa yang dirasakan anak pada saat orangtuanya berucap seperti ini? Anak akan merasa tidak mampu dan tidak berdaya. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? Hentikan semuanya, termasuk proses belajar. Silahkan ambil waktu dan beristirahatlah sejenak, tenangkan emosi anda, biarkan anak melepas ketegangan.
Sambil anda beristirahat sejenak, pikirkan dengan kreatif pendekatan baru yang dapat membantu anak anda belajar. Kemudian masuklah kembali ke ruang belajar dengan kondisi yang lebih rileks dan tenang, bangkitkan semangat dan rasa percaya diri anak dengan penuh kasih sayang.

2. Kamu ditinggal saja ya!

Ucapan ini lazim dan banyak digunakan orangtua untuk mengancam anaknya, apakah ini baik? Tergantung kondisinya, ketika berada di rumah bisa jadi merupakan hal yang baik, karena anda sedang mengajarkan tepat waktu dan disiplin.
Tetapi ketika berada di pertokoan umumnya hal seperti ini tidak akan terjadi, dan anak akan belajar bahwa orangtua mereka hanya memberikan ancaman kosong. Karena itu sebaiknya jangan pernah mengatakan kepada anak bahwa anda akan meninggalkan mereka. Solusi mudahnya adalah buatlah rencana perjalanan sebelum anda berangkat dari rumah.

3. Jangan manja, kamu kan sudah besar!

Ada beda antara anak yang merasa tidak mampu dengan anak yang manja. Sebaiknya anda tahu betul anak anda sedang malas, manja, atau memang tidak mampu dan membutuhkan bantuan anda.
Sangat bisa dipahami, bahwa kemandirian dibutuhkan agar anak bisa tumbuh dengan baik, tetapi untuk mengajarkan kemandirian kepada anak sebaiknya orangtua perlu mengamati terlebih dahulu, apakah anak sudah mampu atau belum mampu.
Ucapan seperti ini bisa membuat anak tidak datang kepada orangtuanya ketika ada masalah, dan anak akan mencari orang lain untuk mendapatkan bantuan.
Hal ini akan membuat anak enggan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Sekarang ini banyak anak yang merasa bahwa orangtua bukanlah solusi bagi mereka, semoga ini bukan anda. Karena akan sangat berbahaya jika anak mencari solusi dari luar yang belum tentu baik.

Baca juga Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak

4. Minta maaf sana!

Ada banyak ucapan serupa yang tujuannya ingin mengajarkan sopan santun, tata krama, dan etika dalam hidup. Perbuatan baik akan diterima baik jika diberikan dengan contoh, bukan arahan semata.
Coba bayangkan, lebih mudah mana bagi anak untuk berubah menjadi lebih baik, dengan hanya menerima perintah atau melihat contoh? Ketika anda memaksa anak untuk meminta maaf, anda tidak mengajarkan mereka kemampuan sosial. Maka dari itu, akan lebih baik jika anda memberikan contoh untuk memperkuat perilaku tersebut. Dan yang paling penting, katakanlah dengan lembut bukan ancaman.

5. Kamu bicara apa sih!

Anak kecil, terutama dengan tipe kepribadian sanguin, akan sangat senang bercerita tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya. Mungkin bagi orangtua, banyak cerita dari mereka sebenarnya adalah cerita biasa saja, dan cenderung tidak penting.  
(sumber : pendidikan karakter )

Enroll Now !
Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 

TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com 

Wednesday 19 October 2016

Tips Agar Siswa Memperhatikan Pelajaran di Kelas

Tips Agar Siswa Memperhatikan Pelajaran di Kelas

Homeschooling Pena-Homeschooling Surabaya, 19 Oktober 2016

Meski sudah panjang lebar menjelaskan materi di kelas, kadang kala beberapa siswa justru tidak menunjukan ketertarikannya atau malah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Sebagai guru, tentu Anda harus memiliki cara-cara tertentu agar para siswa tetap asyik belajar dan memperhatikan pelajaran di kelas.
Nah, berikut merupakan tips untuk Anda para guru agar siswa memperhatikan pelajaran di kelas. Yuk langsung simak saja ulasan berikut ini.

Tentukan kecepatan mengajar

Penelitian menemukan bahwa mengajar dalam tempo yang sesuai dapat membuat siswa memahami materi yang disampaikan.

Bergerak

Belajar di kelas tidak selalu duduk di bangku, memandang kearah papan tulis atau ke buku. Belajar di kelas bisa juga dilakukan dengan melakukan aktivitas atau permainan yang menyenangkan sambil menggerakan badan.

Menggunakan metode 10 banding 2

Maksud dari metode ini adalah guru memberikan siswa 2 menit untuk memproses dan merespon materi pelajaran untuk setiap 10 menit waktu mengajar.

Berikan umpan balik

Umpan balik sangat penting untuk siswa agar mereka merasa dirangkul dan diperhatikan oleh gurunya. Siswa dapat dimotivasi dengan komentar dan arahan yang membangun

Berikan 5-7 detik waktu berpikir

Ketika Anda melempar pertanyaan kepada siswa, berikan mereka kesempatan 5-7 detik untuk berpikir dan mencari jawabannya.

Memberi jeda ditengah kalimat

Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengisi kata-kata kosong dikalimat yang sedang Anda bicarakan.

Gunakan metode 3-2-1 dalam merangukum

Pada sesi akhir pembelajaran ajarkan siswa untuk merangkum materi dengan metode 3-2-1. Siswa harus mengingat 3 hal yang mereka pelajari, 2 hal yang menarik bagi mereka, dan 1 pertanyaan mengenai materi yang diajarkan. Berikan waktu agar mereka berbagi pemikarannya dengan teman.

Baca juga Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak

(sumber : Faqih F.)

Tuesday 18 October 2016

Guru Harus Memiliki Jiwa Pembelajar


Guru Harus Memiliki Jiwa Pembelajar



Jiwa pembelajar adalah semangat yang dimiliki seseorang untuk mau belajar. Ia memiliki semangat untuk mendapatkan ilmu sebanyak-sebanyaknya, agar ia semakin kaya dan bisa memperkaya anak-anak didiknya dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan talenta yang dimiliki. Jiwa pembelajar juga perlu dimiliki oleh guru agar ia bisa menjadi teladan bagi anak-anak didiknya. Karena bagaimana pun anak-anak didik akan lebih mencontoh dari kebiasaan dan perilaku gurunya daripada sekedar kata-katanya.

Seorang guru juga tidak hanya mengajar berdasarkan materi pelajaran, namun juga harus bisa memberikan inspirasi bagi anak-anak didiknya. Ia seperti seorang artis atau public figure bagi anak-anak didiknya. Oleh karenanya, ia harus memiliki keunikan. Keunikan yang tidak biasa, sehingga ia nantinya akan dikenang oleh anak-anak didiknya setelah mereka lulus. Keunikan bisa dimiliki guru karena memang dikaruniai bakat yang unik. Namun keunikan seorang guru bisa juga dibentuk melalui proses pembelajaran yang tiada henti.

Seorang pendidik yang memiliki jiwa pembelajar akan selalu peka terhadap perkembangan zaman. Ia akan menyesuaikan dengan pola pikir anak-anak didiknya, bukan bertahan pada kekolotannya. Ia juga harus kreatif dalam mengembangkan metode pengajaran. Sehingga apa pun yang ia ajarkan adalah sesuatu yang menarik dan "up to date" pada perkembangan zaman. Ada banyak media informasi yang bisa menjadi bahan pembelajaran, terutama dari website-website pendidikan atau pun konten video-video pendidikan yang tersedia di youtube.com.





Baca juga Menjadi Orangtua Tunggal Kuat dan Bahagia

Jiwa pembelajar seorang pendidik juga perlu diaktualisasikan dalam bentuk kerja sama yang baik. Ia harus bisa belajar mengenal pribadi anak-anak didiknya, rekan-rekan pendidik, dan orang tua anak-anak didiknya. Sehingga untuk ke depannya ia bisa semakin luwes dalam menjalin kerjasama dan interaksi antara dirinya dengan orang tua dan anak-anak didik.Karena keberhasilan pendidikan seorang siswa juga ditentukan oleh kualitas kerjasama pendidik dengan orang tua.

Bagaimana dengan Anda? Sudah puaskah Anda dengan profesi guru yang Anda sandang saat ini?

(Sumber : Kak Zepe)

Friday 14 October 2016

Memotivasi Siswa di Awal Pelajaran



Memotivasi Siswa di Awal Pelajaran


Awal pelajaran adalah saat penting dimana siswa membutuhkan sesuatu yang menarik agar mereka bisa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya. Peran pendidik bukan hanya mengajar atau mentransfer ilmu kepada anak didik. Tugas guru juga memotivasi siswa agar memiliki semangat belajar yang baik, terutama saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Kami akan memberikan beberapa cara yang bisa dipakai sebagai variasi membuka kelas agar mampu menarik perhatian siswa.

1. Guru tampil dengan penuh semangat dan ceria

Beberapa hal yang perlu menjadi catatan bagi guru adalah mengenai penampilannya. Guru harus tampil dengan wajah ceria, bersemangat, penuh wibawa, dan memperhatikan vokalnya. Vokal meliputi intonasi suara, keras lembutnya suara, tinggi rendahnya nada. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah power suara. Di awal pelajaran, akan lebih baik bila guru menggunakan power suara yang kuat, sehingga akan lebih terkesan penuh dengan semangat. Hal ini akan menentukan semangat siswa dalam memperhatikan pelajaran yang kita bawakan.

2. Menceritakan suatu perisiwa yang "up to date"

Guru harus memiliki wawasan yang luas. Ia harus gemar menonton atau membaca berita di media-media massa. Bagi anak-anak didik, berita-berita yang baru dan hangat adalah sesuatu yang menarik untuk disimak. Selain itu, mereka akan lebih mudah mengingat pelajaran bila contoh yang diberikan adalah suatu berita yang baru. Karena mereka akan mudah mencari dan menemukan berita tersebut di rumah, terutama saat baca koran atau menonton TV. Di awal pelajaran, guru bisa menceritakan berita-berita yang sedang hangat, terutama yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya saat anak-anak belajar tentang alam. Kita bisa menceritakan peristiwa bencana alam yang baru saja terjadi sebagai contoh. Anak-anak pasti akan sangat tertarik mendengarnya.

3. Kegiatan Kreatif

Ada banyak kegiatan kreatif yang bisa memacu semangat anak. Misalnya dengan cara menyanyikan lagu yang edukatif, melakukan permainan, atau mengadakan quiz atau cerdas cermat. Kegiatan-kegiatan ini sebaiknya bervariasi setiap pertemuan. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak didik tidak merasa bosan. Kegiatan kreatif juga perlu memperhatikan kesinambungan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Supaya ada sinkronisasi saat guru hendak mengajarkan materi inti saat kegiatan pembelajaran.


Baca juga Menjadi Orangtua Tunggal Kuat dan Bahagia


Bagaimana dengan pengalaman Anda? Kira-kira faktor apa saja yang menentukan semangat anak agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan semangat? Bagaimana anda memotivasi anak-anak didik Anda di setiap pertemuan?