Friday 11 March 2016

Penerapan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual

Penerapan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual - Pembelajaran matematika yang menyenangkan dan lebih bermakna dapat diciptakan dengan adanya kreativitas guru dalam merancang pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika harus dapat menantang dan mengaktifkan proses berpikir siswa. Suryadi (2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika harus diawali sajian masalah yang memuat tantangan bagi siswa untuk berpikir. Menurut Schoenfeld (Nanang, 2009), salah satu pendekatan pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme dalam upaya meningkatkan proses kemampuan berpikir dan bagaimana berpikir terbaik untuk dapat memecahkan masalah matematika sehingga menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar adalah pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.

Ilustrasi Proses Metakognitif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan uraian yang menyatakan bahwa keberhasilan pemecahan masalah matematika sangat dipengaruhi perilaku metakognitif siswa dan pembelajaran matematika sebaiknya diawali dengan sajian masalah maka dalam pembelajaran matematika perlu menumbuhkan perilaku metakognitif. Pembelajaran matematika yang menumbuhkan perilaku metakognitif adalah melaksanakan pembelajaran matematika dengan menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan siswa terhadap proses dan aktivitas berpikirnya pada setiap fase pemecahan masalah matematika melalui tahapan berikut.

Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual

Tahap pemahaman masalah (understanding the problem)
Pemahaman merupakan fase pertama yang penting dalam menuntun siswa mencapai kesuksesan penyelesaian masalah. Setelah siswa membaca soal pada bahan ajar, kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi: informasi yang diberikan soal, informasi yang ditanyakan dari soal, apakah informasi yang diberikan cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). Informasi yang diberikan dinyatakan, diinterpretasi, dan direpresentasikan melalui gambar atau tabel sebagaimana diorganisasikan menjadi format yang sistematis. Siswa diminta menggali pengetahuan sebelumnya merupakan aspek penting ketika mereka menginterpretasi informasi yang diberikan dan mengacu pada konsep yang relevan sebelum pengembangan rencana solusi.
Siswa diminta mengidentifikasi proses metakognitif-nya dengan penuh keyakinan dan kesadaran mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Misalnya: “Apa makna soal ini?”, “Pengetahuan awal apakah yang perlu saya gunakan?”, “Konsep apakah yang saya butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini?”, “Mengapa saya menggunakan pengetahuan awal ini?”, “Apakah yang harus saya lakukan pertama kali?”, “Mampukah saya menyelesaikan soal ini?”, “Berapa lama saya dapat menyelesaikan soal ini?”.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk lebih meyakinkan siswa bahwa representasi yang dinyatakannya sudah tepat, misalnya: ”Sudah sesuaikah gambar yang anda buat dengan informasi soal?”, “Apakah Anda sudah paham dengan makna soalnya?”. Guru meminta siswa membaca ulang soal yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki kebenaran representasi.
Tahap merencanakan pemecahan (devising a plan)
Siswa menghasilkan informasi baru dan menyatakan masalah dengan gambar, simbol atau tabel sebagaimana yang diorganisasikannya menjadi suatu rencana. Strategi yang efisien seperti menggambar grafik, membuat tabel, atau mencari pola menyatakan aplikasi konsep matematika yang relevan. Rencana dievaluasi kembali dan ditentukan apakah sudah valid dengan cara guru mengontrol dan memonitor proses berpikir siswa dengan mengajukan pertanyaan atau siswa mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Misalnya: “Benarkah pola atau aturan yang saya gunakan ini?”, “Prosedur apakah yang harus saya lakukan?”, “Benarkah prosedur yang saya lakukan?”. Rencana baru perlu dipikirkan jika rencana yang sedang dirancang ternyata tidak valid.
Tahap melaksanakan pemecahan sesuai rencana (carrying out the plan)
Siswa memberikan jawab akhir dengan melakukan perhitungan dalam fase ini. Setiap langkah perhitungan siswa mengajukan pertanyaan untuk mendukung rencananya dan mengakhiri langkah perhitungannya. Siswa diminta memonitor dan mengontrol proses dan aktivitas berpikirnya dalam melakukan perhitungan dengan mengajukan pertanyaan. Misalnya: “Benarkah perhitungan yang saya lakukan?”, “Mengapa saya melakukan perhitungan seperti ini?”.
Tahap menafsirkan (looking back)
Siswa memeriksa solusi yang ditulisnya, guru meminta siswa mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Selama langkah ini, siswa diminta membaca ulang soal untuk memastikan solusinya. Guru dan siswa mengevaluasi semua proses dan aktivitas berpikir yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Refleksi dilakukan guru bertujuan agar pembelajaran dan pemecahan masalah yang dilalui siswa lebih bermakna. Refleksi siswa lebih mengarah pada segala sesuatu yang telah dipahami dan dilakukan siswa selama pembelajaran dan pemecahan masalah. Misalnya: “Apakah prosedur yang saya gunakan sesuai dengan tuntutan permasalahan?”, “Apakah hasil yang diperoleh sudah benar?”, “Apakah ada prosedur yang lebih efektif?”, “Apakah prosedur ini dapat digunakan untuk masalah yang sejenis?”.