Friday 29 September 2017

Kemampuan Anak Bersosialisasi Bisa Menunjang Prestasi



HOMESCHOOLING PENA   
Setara ( SD/SMP/SMA )  
TERAKREDITASI - BAN PNF


Kemampuan Anak Bersosialisasi Bisa Menunjang Prestasi

Sumber Gambar : Kesekolah

Homeschooling Pena Surabaya, 30 September 2017

Kemampuan anak dalam berseosialisasi akan sangat mempengaruhi kepribadian anak. Semakin banyak orang yang anak-anak kenal, maka ia akan semakin memahani banyak pribadi, dan tentu saja mereka akan semakin memiliki banyak kesempatan untuk belajar. Berbeda dengan anak yang memiliki kesulitan dalam bersosialisasi, maka ia pun akan kesulitan dalam mengembangkan dirinya, karena ia pasti akan lebih sibuk dengan dirinya sendiri dan kurang mampu untuk menimba ilmu dari orang lain. Bagaimana supaya anak memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, terutama di sekolah?

1. Atur tempat duduk agar berdampingan dengan "lawan karakternya"

Pasangkanlah anak yang pendiam dengan anak yang suka berbicara. Pasangkan anak pemalu dengan anak yang percaya diri. Hal ini bisa memacu keseimbangan antar pribadi yang dipasangakan sehingga mereka akan memiliki ketrampilan bersosialisasi yang semakin baik.

2. Waspadai "Bullying"

Bila ada anak yang kelewat minder, dan kita sering memergokinya sedang diejek maupun tampak sering ditolak saat hendak bergabung dengan suatu kelompok, kita perlu segera mengambil tindakan. Siapa tau dia adalah salah satu korban bullying.

Sebagai pendidik kita harus peka dan segera mengambil tindakan bila hal ini memang terjadi.

3. Suasana kelas jangan terlalu serius

Suasana kelas yang menyenangkan bisa dimulai dengan mendekorasi kelas dengan indah. Sehingga anak-anak didik merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi mereka untuk belajar. Namun ada hal yang lebih penting, yaitu bagaimana membuat suasana kelas yang penuh dengan keakraban. Agar suasana kelas menjadi menyenangkan seorang guru harus bisa menyatu dengan dunia anak. Terkadang ia perlu meluangkan waktu bersama anak-anak untuk bermain dan bercakap-cakap bersama.

4. Tanamkan jiwa kepemimpinan

Salah satu sifat seorang pemimpin adalah percaya diri. Pemimpin mana yang pemalu? Pasti tidak ada. Kita bisa melatih ketrampilan bersosialisasi anak dengan cara menumbuhkan jiwa kepemimpinan mereka. Bila mereka memiliki jiwa kepemimpinan mereka akan lebih percaya diri, terutama dalam bergaul dan tampil di depan umum. Ketrampilan ini bisa kita tumbuhkan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menjadi ketua kelas, ketua kelompok, pemimpin upacara dan lainnya.

5. Minta ia memperagakan sesuatu

Aktivitas peragaan bisa dilakukan dengan cara menyanyi, membaca puisi, bermain peran, dan lainnya. Dengan aktivitas-aktivitas yang memungkinkan siswa untuk tampil, diharapkan siswa akan semakin percaya diri dan berani dalam memperagakan sesuatu di depan publik.

6. Pentingnya "Groupwork"

Aktivitas berkelompok memotivasi siswa untuk mau aktif berbicara. Terkadang anak-anak yang pemalu untuk tampil di depan publik, akan menjadi aktif saat mereka mengadakan diskusi kelompok. Semakin dekat hubungan pertemanan antra siswa, biasanya suasan diskusi kelompok semakin seru. Dan dengan aktivitas berkelompok inilah siswa akan semakin dekat satu sama lain.

7. Perlunya menyapa anak terlebih dahulu

Anak yang tidak mau menyapa gurunya terlebih dahulu bukan berarti tidak sopan atau sombong. Beberapa dari mereka masih merasa sungkan atau malu. Tidak ada salahnya bila seorang guru menyapa atau menyalami siswanya terlebih dahulu. Bila kita sering melakukannya kepada setiap siswa, percayalah, suatu saat mereka akan berani menyapa kita harus kita sapa terlebih dahulu. Saat guru melakukan kesalahan pun, ia tidak perlu malu atau gengsi untuk minta maaf.

8. Luangkan waktu bersama anak didik

Bila saat istirahat tiba, ada kalanya kita perlu meminta semua siswa bermain di luar. Sehingga tidak ada anak yang lebih memilih sibuk melakukan aktivitas sendiri di dalam kelas. Dengan sering bermain bersama, kedekatan antar siswa pun akan menjadi lebih erat dan mengurangi rasa malu untuk saling bertegur sapa atau pun saling mengajak ngobrol antar satu siswa dan siswa lainnya. Hubungan antar siswa pun bisa menjadi semakin kompak.

9. Bicara dari hati ke hati

Untuk kasus-kasus tertentu, guru bisa mengajak berkomunikasi siswanya yang memang memiliki masalah bersosialisasi. Disarankan untuk anak didik perempuan, dilakukan oleh guru perempuan, dan anak didik laki-laki, dilakukan oleh guru laki-laki. Karena dengan cara itu, biasanya mereka akan bisa lebih terbuka dan ngobrol ""just like a friend". Setelah itu, anak akan semakin mudah untuk bisa terbuka dan menceritakan apa yang menyebabkan ia sulit bersosialisasi. Dan tentu saja, guru jadi tahu cara menanganinya. Bila perlu, guru juga bisa bekerjasama dengan orang tua.

10. Berikan pemahaman tentang pentingnya norma sosial

Beberapa siswa merasa dijauhi oleh teman-temannya karena sifat-sifat yang kurang baik. Misalnya suka berbohong, berkata kasar, bertingkah laku tidak sopan dan lainnya. Sebagai guru, kita perlu mengajari siswa tentang sopan santun bergaul, terutama etika berbicara dan berperilaku. Metode yang digunakan bisa bermacam-macam. Bisa kita utarakan secara langsung, metode diskusi, mendongeng, bernyanyi lagu pendidikan karakter lalu menganalisa lagu yang dinyanyikan, dan lain-lain. Dengan begitu anak-anak akan makin paham pentingnya mematuhi aturan atau norma yang ada di masyarakat.


Baca juga Homeschooling makin jadi pilihan

Semoga dengan semakin piawainya anak didik kita dalam bersosialisasi mereka akan memiliki hati dan pikiran yang terbuka. Sehingga kelak kala mereka dewasa mereka akan lebih mudah menerima segala masukan, pengajaran, dan pendapat dari orang lain secara lebih terbuka. Dengan keterbukaan mereka, semoga ilmu, pengetahuan, dan pengalaman mereka akan cepat bertambah, dan mereka pun akan cepat bertumbuh menjadi pribadi yang baik, menarik, cerdas, dan kaya akan pengalaman.

Sumber : Kak Zepe


Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
@homeschool_pena

Thursday 28 September 2017

Langkah Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak


HOMESCHOOLING PENA   
Setara ( SD/SMP/SMA )  
TERAKREDITASI - BAN PNF

Langkah Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak

Sumber Gambar: Pendidikan Karakter

Homeschooling Pena Surabaya, 29 September 2017 

Pernahkah anak anda menumpahkan air di karpet atau memecahkan gelas di rumah? Situasi seperti ini pasti pernah terjadi dan sangat wajar sekali apabila terjadi di rumah dan ternyata anak anda yang melakukannya. Tetapi seringkali yang tidak wajar adalah bagaimana cara orangtua memberikan konsekuensinya.
Dengan alasan memberikan pelajaran tentang disiplin, seringkali bukan pemahaman disiplin yang diterima anak, tetapi perasaan dendam dan amarah terhadap orangtuanya. Ini seperti anda berkata I Love You tetapi dikatakan dengan cara membentak, teriak, dan muka yang marah. Apakah dengan itu anak anda akan menangkap pesan bahwa dia dicintai?
Mari kita pahami langkah dalam memberikan konsekuensi yang tepat, ini bukan hanya untuk anak yang kecil saja, tetapi bisa untuk remaja dan dewasa. Yang kami berikan adalah prinsip. Prinsip yang sehat dan tetap menjaga harga diri anak, serta tidak akan meninggalkan luka di batin anak.

1. Fokus Pada Permasalahan

Untuk kasus karpet yang terkena air, maka konsekuensi yang tepat adalah membersihkannya hingga kering, dan waktu disepakati untuk mengerjakannya. Waktu perlu disepakati, karena hal ini bisa digunakan anak untuk menghindari kewajibannya, misalnya untuk menghindari les dan lebih memilih membersihkan karpet. Gunakan waktu bermain atau waktu santai, untuk mengerjakannya.
Hindari memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya tidak boleh nonton televisi selama 2 minggu atau tidak mendapat uang jajan 3 hari. Jangan melampiaskan marah berlebih yang akibatnya hanya memperpanjang daftar konsekuensi. Saat fokus pada masalah, maka mudah bagi anak tahu dan jelas dimana kesalahannya.

2. Wajar dan Masuk Akal

Sesuaikan dengan kemampuan dan usia anak, jika usia anak masih balita akan sulit untuk membersihkan dan menjemur karpet sendirian, perlu dibantu dan diberikan contoh mengerjakannya.
Mungkin anda khawatir anak tidak jera, jika dibantu? Dengan membantu anak saat mengerjakan konsekuensi, hal ini dapat menumbuhkan kedekatan emosional dan pengertian anak terhadap orangtuanya. Ada waktu bersama, asalkan orangtua tidak mengomel terus saat mengerjakan bersama.
Anda tidak perlu mencari efek jera bagi anak, waktu yang digunakan untuk membersihkan karpet sudah membuat dia berada di luar zona nyamannya.

3. Memberikan Pengalaman Belajar

Tujuan konsekuensi memberikan pengalaman belajar dari tidak paham menjadi paham. Memang sebelum konsekuensi diberikan sebaiknya sudah ada aturan yang menjelaskan mana perilaku yang baik dan tidak baik.
Jika informasi sudah diterima tetapi tetap dilanggar mana konsekuensi bisa dijalankan. Konsekuensi hanyalah sarana untuk mempertegas bahwa perilaku seseorang ada yang salah dan harus segera diperbaiki. Bukan sarana orangtua untuk melampiaskan kemarahan.
Bukan selalu mengungkit-ungkit kesalahan yang sudah lewat, tetapi pada saat kejadian, dan saat menjalankan konsekuensi beri pengertian bahwa hal ini salah. Berikan penjelasan yang benar bagaimana melakukan yang benar (membawa gelas saat jalan). Setelah selesai konsekuensi, sebaiknya tidak dibicarakan lagi.

4. Menjaga Harga Diri

Hindari membentak, memaki dan berkata kasar kepada anak, apalagi jika didepan orang lain. Hindari menceritakan kesalahan anak berulang-ulang kepada orang lain.
Kedua hal ini bisa merusak harga diri anak dan bisa fatal akibatnya.
Jika anda sudah memiliki aturan dan konsekuensi yang jelas keteraturan dan disiplin anak akan terbentuk dengan baik. Sudahkah anda memiliki aturan dirumah beserta konsekuensinya? Bingung?
Seperti dijalan raya, ada lampu merah dan tanda dilarang parkir, dilarang berhenti, dan masih banyak lagi. Anda jelas dengan aturannya bukan? Jika anda langgar ada konsekuensinya kan? Konsekuensinya jelas, tilang dan denda. Polisi tidak perlu memaki anda, memukul anda jika anda melanggar bukan? Dan semua pengguna jalan raya paham informasi serta tanda aturan dijalan raya, jadi saat pemberian konsekuensi semua jelas.

Baca juga Bagaimana Menumbuhkan Semangat Belajar pada Anak?
Semoga artikel ini bermanfaat dalam membentuk karakter anak.

Sumber : Timothy


Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
@homeschool_pena

Cara Jitu Mengatasi Kebiasaan Anak yang Suka Mencontek



HOMESCHOOLING PENA   
Setara ( SD/SMP/SMA )  
TERAKREDITASI - BAN PNF


Cara Jitu Mengatasi Kebiasaan Anak yang Suka Mencontek

Sumber Gambar : Kesekolah

Homeschooling Pena Surabaya, 28 September 2017

Mencontek merupakan hal yang sangat tidak terpuji, biasanya seorang anak mencontek karena ia tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri sehingga lebih memilih mencontek jawaban orang lain, padahal bisa saja jawaban yang ia dapat lebih benar dibandingkan dengan mencontek. Selain itu, faktor utama mencontek juga dapat disebabkan karena anak tersebut memang selalu malas untuk belajar dan tidak mau berusaha memahami pelajaran. Anak yang tidak memiliki motivasi diri untuk belajar biasanya sangat malas berusaha memahami pelajaran, sehingga ketika ujian tiba, alternatif yang ia lakukan adalah mencontek jawaban temannya.

Sebagai seorang guru dan orangtua, disinilah perannya. Guru dan orangtua harus mengetahui bagaimana cara agar kebiasaan anak mencontek itu tidak terus membudaya pada diri anak.

Nah, berikut 5 cara mengatasi anak yang terbiasa mencontek:
1. Menanamkan sikap jujur dalam diri siswa

Kebiasaan mencontek merupakan hal yang tidak jujur, karena seorang anak menjawab suatu soal pelajaran dengan menggunakan jawaban orang lain. Salah satu solusi jitu agar anak tidak mencontek adalah dengan menanamkan nilai dan sikap jujur pada diri anak. Guru dan orangtua dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Jika di sekolah, guru bisa memberikan nasihat dengan berkata kepada siswanya bahwasanya lebih baik mendapatkan nilai rendah tetapi hasil kerja keras sendiri, daripada nilai besar tetapi hasil mencontek, karena mencontek itu sama dengan mencuri dan hal itu sangatlah tidak baik.

2. Memuji hasil usaha siswa meskipun belum memenuhi kriteria
Biasanya ada saja orangtua maupun guru yang malah memarahi anak ketika ia mendapat nilai yang kecil. Tetapi alangkah lebih baik sebagai orangtua maupun guru agar tidak mencela anak ketika mendapatkan nilai yang buruk, berilah sedikit pujian agar dapat memberikan motivasi kepada anak untuk terus belajar agar anak lebih merasa percaya diri pada hasil usahanya sendiri. Dengan mengapresiasi hasil usaha anak itu akan mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.

3. Menjelaskan dampak buruk dari mencontek
Orangtua maupun guru harus memberi nasihat mengenai dampak buruk dari kegiatan mencontek, jika anak sudah mengetahui dan memahami akan dampak buruk yang akan ia dapatkan dari mencontek, maka ia akan berpikir dua kali untuk melakukan hal yang tidak terpuji tersebut.

4. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dan berusaha
Motivasi disini dapat juga berupa memuji hasil usaha anak meskipun belum memenuhi standar. Tetapi motivasi lain yang perlu anak dapat adalah motivasi untuk terus belajar dan berusaha jika anak belum memahami suatu pelajaran. Guru dan orangtua perlu mendampingi anak dalam hal ini, jangan sampai hanya menyuruhnya untuk belajar sedangkan guru dan orangtua tidak berada di sampingnya. Selalu menanyakan apakah sudah mengerjakan PR atau menanyakan apakah ada yang belum dipahami oleh anak juga merupakan salah satu cara untuk memberikan perhatian dan motivasi kepada anak.

5. Memberikan pembelajaran bermakna pada siswa
Cara guru dalam mendidik siswanya merupakan salah satu hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap siswa. Karena sebagian besar waktu belajar yang dihabiskan siswa adalah di sekolah. Maka dari itu guru perlu memahami setiap karakteristik anak, bagaimana metode atau model yang cocok diterapkan kepada anak agar ia dapat memahami pembelajaran, dan hal yang paling penting adalah menerapkan pembelajaran bermakna kepada anak, karena sesuatu yang bermakna bagi anak akan ia ingat terus menerus dan sulit untuk dilupakan.


Baca juga Penyebab Utama Anak Berperilaku Kasar

Sumber : Josua M



Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
@homeschool_pena

Monday 25 September 2017

Anak Suka Meniru Ucapan Negatif? Hadapi dengan Cara In



HOMESCHOOLING PENA   
Setara ( SD/SMP/SMA )  
TERAKREDITASI - BAN PNF


Anak Suka Meniru Ucapan Negatif? Hadapi dengan Cara Ini
Sumber Gambar : Kesekolah
Homeschooling Pena Surabaya, 26 September 2017
Meniru ucapan seringkali terjadi pada anak berusia 1-3 tahun, ucapan yang ditiru tidak selamanya berpengaruh positif tapi ada juga yang negatif. Kebiasaan ini dapat terbentuk dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya sehingga dibutuhkan pola asuh yang tepat pada anak apalagi di usia emas perkembangannya. Meskipun telah menerapkan pola asuh yang baik akan tetapi beberapa sikapnya yang didapatkan dari lingkungan bermainnya seperti tutur kata dan gerakan yang cenderung negatif mungkin saja dialami oleh anak Anda dengan cara meniru. Hal ini yang harus diwaspadai agar anak tidak meniru ucapan negatif sehingga membentuk pribadi yang lebih baik.

Meniru ucapan yang positif dapat menstimulasi anak untuk belajar berbicara, membuat anak belajar untuk berbahasa dan juga menambah kosakata anak Anda. Tidak hanya itu meniru ucapan yang positif akan menjadi sarana untuk mengekspresikan keinginan, perasaan dan kebutuhan anak. Salah satu contoh untuk mengekspresikan kemampuan anak seperti misalnya kemampuan anak ketika merasa lapar dalam kemampuan ekspresi ini merupakan hasil meniru dari orang tua yang bermanfaat sebagai pengungkapan emosi.

Selain memiliki dampak yang positif ternyata meniru ucapan orang seringkali ke arah yang negatif dari orang dewasa disekitarnya atau tayangan televisi yang tidak sopan. Meskipun anak tidak memahami maksud dari ungkapan tersebut akan tetapi sebaiknya Anda dapat menghadapi anak yang seringkali meniru ucapan anak yang negatif.

Inilah cara dalam menghadapi anak yang suka meniru ucapan yang negatif:
  • Berikan peringatan kepada anak bahwa yang diucapkannya merupakan kata-kata yang tidak baik dan akan menyinggung atau menyakiti orang lain sehingga apabila anak mengulanginya, Anda dapat mengabaikan karena biasanya hanya untuk mencari perhatian saja.
  • Jangan menertawakan ketika anak Anda meniru ucapan negatif. Hal ini akan membuat anak semakin mengingat kata-kata tersebut dan mengulanginya kembali.
  • Abaikan ketika anak mengucapkan kata yang negatif dikarenakan pada awalnya ucapan negatif yang terlontar dari anak bukan dikarenakan mengerti maksudnya melainkan dikarenakan anak Anda suka melihat reaksi dari orang disekitarnya. Anda dapat memperingati dengan cara .
  • Biasakan anak berkata sopan pada saat bertemu dengan orang lain. Mengucapkan terima kasih pada saat orang lain melakukan sesuatu padanya dan juga permisi ketika lewat depan orang yang lebih tua.
Baca juga Dampak Bahaya Memberikan Hadiah Pada Anak

Sebagai orangtua, Anda harus bisa sebagai contoh yang baik buat perkembangan dan pertumbuhan anak Anda.

Sumber: Josua M


Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
@homeschool_pena