Penerapan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual - Pembelajaran matematika yang menyenangkan dan lebih bermakna dapat diciptakan dengan adanya kreativitas
guru dalam merancang pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
Pembelajaran matematika harus dapat menantang dan mengaktifkan proses
berpikir siswa. Suryadi (2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
harus diawali sajian masalah yang memuat tantangan bagi siswa untuk
berpikir. Menurut Schoenfeld (Nanang, 2009), salah satu pendekatan
pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme
dalam upaya meningkatkan proses kemampuan berpikir dan bagaimana
berpikir terbaik untuk dapat memecahkan masalah matematika sehingga
menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar adalah
pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.
Ilustrasi Proses Metakognitif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan uraian yang
menyatakan bahwa keberhasilan pemecahan masalah matematika sangat
dipengaruhi perilaku metakognitif siswa dan pembelajaran matematika
sebaiknya diawali dengan sajian masalah maka dalam pembelajaran
matematika perlu menumbuhkan perilaku metakognitif. Pembelajaran
matematika yang menumbuhkan perilaku metakognitif adalah melaksanakan
pembelajaran matematika dengan menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan
siswa terhadap proses dan aktivitas berpikirnya pada setiap fase pemecahan masalah matematika melalui tahapan berikut.
Tahap pemahaman masalah (understanding the problem)
Pemahaman merupakan fase
pertama yang penting dalam menuntun siswa mencapai kesuksesan
penyelesaian masalah. Setelah siswa membaca soal pada bahan ajar,
kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi: informasi yang
diberikan soal, informasi yang ditanyakan dari soal, apakah informasi
yang diberikan cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, dan
menyatakan kembali masalah dalam bentuk yang lebih operasional (dapat
dipecahkan). Informasi yang diberikan dinyatakan, diinterpretasi, dan
direpresentasikan melalui gambar atau tabel sebagaimana diorganisasikan
menjadi format yang sistematis. Siswa diminta menggali pengetahuan
sebelumnya merupakan aspek penting ketika mereka menginterpretasi
informasi yang diberikan dan mengacu pada konsep yang relevan sebelum
pengembangan rencana solusi.
Siswa diminta
mengidentifikasi proses metakognitif-nya dengan penuh keyakinan dan
kesadaran mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Misalnya: “Apa makna
soal ini?”, “Pengetahuan awal apakah yang perlu saya gunakan?”, “Konsep
apakah yang saya butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini?”, “Mengapa
saya menggunakan pengetahuan awal ini?”, “Apakah yang harus saya lakukan
pertama kali?”, “Mampukah saya menyelesaikan soal ini?”, “Berapa lama
saya dapat menyelesaikan soal ini?”.
Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk lebih meyakinkan siswa bahwa representasi
yang dinyatakannya sudah tepat, misalnya: ”Sudah sesuaikah gambar yang
anda buat dengan informasi soal?”, “Apakah Anda sudah paham dengan makna
soalnya?”. Guru meminta siswa membaca ulang soal yang juga dapat
digunakan untuk menyelidiki kebenaran representasi.
Tahap merencanakan pemecahan (devising a plan)
Siswa menghasilkan
informasi baru dan menyatakan masalah dengan gambar, simbol atau tabel
sebagaimana yang diorganisasikannya menjadi suatu rencana. Strategi yang
efisien seperti menggambar grafik, membuat tabel, atau mencari pola
menyatakan aplikasi konsep matematika yang relevan. Rencana dievaluasi
kembali dan ditentukan apakah sudah valid dengan cara guru mengontrol
dan memonitor proses berpikir siswa dengan mengajukan pertanyaan atau
siswa mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Misalnya: “Benarkah pola
atau aturan yang saya gunakan ini?”, “Prosedur apakah yang harus saya
lakukan?”, “Benarkah prosedur yang saya lakukan?”. Rencana baru perlu
dipikirkan jika rencana yang sedang dirancang ternyata tidak valid.
Tahap melaksanakan pemecahan sesuai rencana (carrying out the plan)
Siswa memberikan jawab
akhir dengan melakukan perhitungan dalam fase ini. Setiap langkah
perhitungan siswa mengajukan pertanyaan untuk mendukung rencananya dan
mengakhiri langkah perhitungannya. Siswa diminta memonitor dan
mengontrol proses dan aktivitas berpikirnya dalam melakukan perhitungan
dengan mengajukan pertanyaan. Misalnya: “Benarkah perhitungan yang saya
lakukan?”, “Mengapa saya melakukan perhitungan seperti ini?”.
Tahap menafsirkan (looking back)
Siswa memeriksa solusi
yang ditulisnya, guru meminta siswa mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri. Selama langkah ini, siswa diminta membaca ulang soal untuk
memastikan solusinya. Guru dan siswa mengevaluasi semua proses dan
aktivitas berpikir yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Refleksi
dilakukan guru bertujuan agar pembelajaran dan pemecahan masalah yang
dilalui siswa lebih bermakna. Refleksi siswa lebih mengarah pada segala
sesuatu yang telah dipahami dan dilakukan siswa selama pembelajaran dan
pemecahan masalah. Misalnya: “Apakah prosedur yang saya gunakan sesuai
dengan tuntutan permasalahan?”, “Apakah hasil yang diperoleh sudah
benar?”, “Apakah ada prosedur yang lebih efektif?”, “Apakah prosedur ini
dapat digunakan untuk masalah yang sejenis?”.
No comments:
Post a Comment