Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 29 Juli 2016
Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana karakter terbentuk
secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin?
Bisa dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Belief atau
kepercayaan atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak.
Dan jika keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah
jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan
rahasia pemahaman baru.
Belief atau kepercayaan itu bukan kita
berarti membahas persoalan agama atau keyakinan beribadah, yang dimaksud
adalah suatu pemikiran yang terbentuk karena pengalaman yang
berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi secara sederhananya
bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu hal. Contohnya
mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan
berhitung yang baik, jadi anda punya belief atau kepercayaan “wah saya
itu pintar kalau berhitung”. Itu yang kita maksud dengan belief atau
kepercayaan.
Belief bisa sesuatu yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan.Belief
yang kita inginkan secara sadar, belief yang terbentuk karena kita
mempelajari ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan
untuk terbentuk, lalu belief yang terbentuk dari mempelajari
masalah-masalah akademik. Kita memang menginginkan itu agar kita bisa
seperti itu, misalkan kita belajar matematika dan lain sebagainya.
Belief yang terbentuk dari latihan-latihan olahraga karena kita
menginginkannya, kita bisa memiliki keyakinan yang kuat untuk kasus
olahraga contoh: “tendangan saya keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah belief yang tidak kita inginkan secara sadar,
tapi toh kita tetap punya belief ini. Misalnya takut terhadap gelap, wah
saya kalau di tempat gelap itu saya pasti merinding, saya pasti
keringat dingin, saya pasti tidak berani begitu ya. Atau mungkin trauma
ketinggian juga wah saya ini tidak bisa naik pesawat itu suatu belief
yang kita tidak inginkan secara sadar tetapi itu masuk dalam diri kita.
Berbagai fobia terhadap binatang, kemudian ketakutan-ketakutan terhadap
guru ketakutan terhadap pelajaran tertentu ketakutan membuat tujuan
pribadi ya perasaan-perasaan diremehkan atau perasaan bersalah terhadap
sesuatu ini adalah belief-belief yang tidak kita inginkan tetapi secara
sadar masuk dalam diri kita ya.
Satu hal yang mungkin perlu kita
tekankan adalah mengapa belief atau kepercayaan salah yang diajarkan
secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua lakukan? Karena
seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini yang keliru tapi
kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu, apakah itu
belief yang bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan main hujan
nanti masuk angin”, atau “ayo mandinya cepet nanti masuk angin lho ya”,
“kalau kamu gak makan kamu pasti sakit lho”, jadi itu adalah
belief-belief yang dibawa dari orangtua yang disampaikan kepada anak
tapi itu belum tentu pasti bener . tapi kalau diulang-ulang jadi bener
juga. Disamping sekarng bukan orangtua lagi yang menanamkan keyakinan
yang salah, tetapi media tv, koran dan media yang lainnya juga peran
serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi? Bagaimana belief bisa semudah itu
tertanam dan membentuk perilaku kita? Penjelasan ini sangat panjang,
kita perlu secara khusus mempelajari mekanisme pikiran manusia,
bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter manusia. Mudahnya, kalimat
yang sering diulang-ulang bisa tertanam di dalam memori manusia dan
menjadi suatu sistem keyakinan. Dan karena banyaknya kesalahan dalam
memberikan informasi dan kesalahan menanamkan keyakinan dipicu oleh
ketidaktahuan bagaimana mekanisme pikiran itu bekerja. l Kita tidak
pernah belajar khusus pak mengenai mekanisme pikiran manusia. jiKalau belief atau kepercayaan yang anda turunkan
atau anda ajarkan pada anak itu adalah sesuatu yang positif. Itu sangat
baik sekali ya. Jadi misalkan “nak tahu gak kalau kita ini keturunan
orang pintar jadi kamu pasti jadi anak yang pintar dan cerdas”. Tapi
kalau belief atau kepercayaan itu begini mungkin “nak hidup ini itu
susah kamu harus belajar yang rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus”,
sering gak denger orang tua nasehatnya gitu.
Harus belajar rajin supaya dapat
pekerjaan yang bagus. Betul? Orang tua itu lupa berpikir lho apa anaknya
itu harus jadi karyawan aja apakah kalau nilainya jelek disekolah
apakah dia tidak bisa sukses ya. Kenapa orang tua ngga ngomong kamu
harus belajar rajin besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang
banyak sekali. Betul? Belief lain yang sering menghambati anak ya untuk
sukses adalah belief orang tua kadang-kadang seperti ini “nak cari uang
itu susah kamu harus kerja nanti kalau sudah kamu harus pintar”
maksudnya kalau kamu dapat nilai bagus kamu nanti bisa bekerja
diperusahaan yang bagus. Kenapa kok ngak ngomongnya kayak gini, “nak
kamu tahu kamu harus pinter itu kenapa? Supaya kamu bisa buat perusaahn
bagus. Jadi kamu bisa pekerjakan orang –orang yang pinter”, kenapa koq
gak ngomong seperti itu ya? Jadi seperti itulah belief-belief yang
kadang orang tua turunkan kepada anak tanpa dipikir ya. Sehingga bisa
kita pahami bagaimana karakter kebanyakan orang disekelilingi kita.
bagaimana juga karakter bangsa ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini
adalah anda sebagai orang tua anda coba analisa kebiasaan anda dalam
mengomentari sesuatu ya. Jadi anda melihat ada suatu kejadian dan anda
mengomentari dan anda coba pikirkan apakah bener sudah kata-kata anda
itu. Dan anda mungkin juga bisa berpikir apa dampaknya dari perkataan
saya ini pada anak saya. Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung
dalam setiap perkataan yang sering kita ulangi.