HOMESCHOOLING PENA
Setara ( SD/SMP/SMA )
TERAKREDITASI - BAN PNF
3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur
Homeschooling Pena Surabaya, 27 Oktober 2016
Berikut ini adalah artikel yang berfokus pada pola dan masalah
belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang hal ini ,berkaitan
mengenai masalah belajar anak. Kita akan memahami dan belajar tentang
faktor psikologis mengapa anak bermasalah dengan nilai di sekolah.
Sebelum kita lebih jauh berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka
(simbol) bukan satu-satunya penentu kesuksesan anak kelak di masa depan.
Semua yang dialami saat dia sekolah akan banyak yang tidak digunakan
kelak, jadi model pendidikan apa yang akan digunakan seorang anak hingga
dia dewasa dan dapat diwariskan? Ya, didiklah karakternya dan tanamkan
kesuksesan sejak awal di ladang karakternya.
Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih
susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia
diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit
juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah, apakah
anda pernah punya masalah seperti ini?
Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah
seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda
yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tetapi ketika ulangan
ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali
mungkin anda bisa memakluminya, tetapi jika ini terjadi berulang kali,
anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi
dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa
sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan.
Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang
perlu anda waspadai:
1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi
Anda pasti bertanya tidak mungkin, Dia cemas dari mana? Kenapa dia
cemas? Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya,
bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orangtua atau mungkin
bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan
kualitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan, yang terbayang adalah
ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orangtua. Atau
tuntutan dari gurunya mungkin.
Nah anda tahu, ketika cemas maka
kita tidak bisa berpikir secara jernih. Anda tentu pernah mengalaminya
bukan? Ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang
sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada
anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,
atau keharusan untuk menguasai sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu, kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba blank,
pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda
pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita
ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita
tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah mempelajari
hal tersebut.
Nah, ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya.
Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus
mengumpulkan lembar jawaban, dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa
akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa.
Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar
dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita Ahh.. kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada
diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Baca juga 08 Jenis Kecerdasan Anak, Cara Belajar dan Prediksi Karier yang Sesuai
Baca juga 08 Jenis Kecerdasan Anak, Cara Belajar dan Prediksi Karier yang Sesuai
Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka
ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan-
tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi
diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,
kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tetapi begitu
nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka.
Kenapa sih nilai kamu jelek? Jarang sekali ada orangtua yang
mengatakan, Mama bisa memahami kamu nak, apa yang mama bisa bantu
agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi? Jadi ketika seorang anak
mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu
perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan
hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tetapi
kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi
dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti.
Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa,
“Aduh kalau nilai saya jelek lagi saya pasti dimarahi, saya pasti
mengecewakan mama.
Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah
gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan taku kepada mamanya, Kenapa takut? Tanya mamanya. Saya takut mengecewakan mama kalau
nilai saya jelek. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak.
Nah, dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia
sering berkata Mama tidak masalah dengan nilaimu. Tetapi
kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai
orangtua hanya mengatakan, Tidak, nilai berapapun tidak masalah
kok.Tetapi ternyata itu hanya di mulut saja, kenyataannya si anak
merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orangtua yang terlalu
tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana
caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari
nilainya. Ingat sebenarnya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah
bisa atau belum.
Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? Sekarang anda
tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya
ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di
dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.
2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah diterima anak
Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita sebagai
orangtua marah-marah, dan bahkan mungkin menghukumnya. Harus berdiri di
pojok, tidak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu.
Nah ketika dia menerima perlakuan itu, maka perlakuan itu akan
membekas di ingatannya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain
kesempatan, yang dia lihat di lembar soalnya bukan soal ujian, tetapi
wajah orangtuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul
terbayang di dalam pikirannya.
Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan
kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orangtua yang
sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang
mempermalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita
pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada
anak anda. Anda cukup mengatakan, Beberapa hari yang lalu waktu
ulangan kamu jelek, dan kemudian mama marah, bagaimana perasaanmu?
Apapun yang dijawab oleh anak anda terima apa adanya.
Misalkan dia menjawab, takut atau merasa ini itu, apapun itu anda
hanya perlu menjawab Oke maaf, mungkin saat itu mama terlalu
berlebihan.Atau mungkin saat itu mama lepas kontrol sehingga memarahi
kamu terlalu dalam. Tetapi sebenernya maksud mama sangat baik. Apakah
kamu mau memaafkan mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika
nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya bersama-sama. Kamu pasti
ingin nilai kamu baik juga kan?
Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya
sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama
sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih sayang dan untuk di
terima apa adanya.
3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.
Mungkin anda bertanya, Ah mana mungkin saya tidak memperhatikan
anak saya. Betul, saya percaya dan yakin bahwa setiap orangtua pasti
memperhatikan anaknya. Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu
tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud
dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkualitas.
Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan
cuma memperhatikan tugas-tugas yang harus dia selesaikan. Kebanyakan
dari kita hanya memperhatikan tugas tugas yang harus diselesaikan oleh
seorang anak.
Kita hanya memperhatikan sudah mengerjakan PR atau belum? Sudah
belajar atau belum? Besok kalau ulangan sudah mempersiapkan alat
tulisnya? Buku sudah disiapkan belum? Kita hanya memperhatikan
aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si
anak. Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian
akan perasaan-perasaannya sehingga dia benar-benar diterima secara utuh
oleh orangtuanya.
Semoga bermanfaat.
( Sumber : Pendidikan Karakter )
( Sumber : Pendidikan Karakter )
Enroll Now !
Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com
No comments:
Post a Comment