Thursday, 29 September 2016

Inilah Cara Mendidik Anak Agar Bisa 2 Bahasa

Inilah Cara Mendidik Anak Agar Bisa 2 Bahasa


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 29 September 2016

mengharapkan agar anak-anaknya cerdas, sukses dan membanggakan. Namun, untuk meraihnya membutuhkan proses yang sedikit rumit. Mendidik anak memang bukan hal yang mudah, butuh kesabaran dan pengertian untuk melakukannya. Kita harus mendidiknya sejak dari dalam kandung sampai dia tumbuh besar. Apalagi zaman sekarang ini, pergaulan semakin luas dan komunikasi sangat penting. Penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi pun sudah lazim dipakai oleh anak-anak zaman sekarang. Tentu Anda tidak mau kalau anak tidak bisa memahami bahasa Inggris atau bahasa asing.

Jadi, mulai sejak dini upayakan supaya anak Anda mampu menguasai beberapa bahasa untuk masa depannya kelak. Mau tahu apa saja yang harus dilakukan untuk mendidik anak supaya bisa menggunakan 2 bahasa?

1. Jangan biasakan bicara menggunakan bahasa bayi

Walaupun bayi belum bisa mengucapkan sepatah kata pun, setahun pertama merupakan masa terpenting dalam membangun pondasi bahasa. Otak bayi akan memproses struktur arti bahasa sebelum mulai berbicara. Sebaiknya balas celotehan bayi dengan bahasa yang benar, bukan bahasa bayi. Meski dia belum memahaminya, tapi otaknya telah terstimulasi ketika Anda berbicara kepadanya. Ketika dia sudah pandai berbicara tentu sudah mampu memahami perbedaan bahasa yang Anda gunakan bicara padanya. Anak-anak yang sudah biasa dilatih fasih berucap akan lebih mudah menangkap 2 bahasa. Penelitian mengungkapkan seiring pertumbuhan bayi adaptasi terhadap bahasa terus menurun. Anak diatas 6 tahun lebih sulit menciptakan koneksi bahasa baru daripada anak usia preschool.

2. Ajarkan anak sambil bernyanyi, bermain dan membaca

Agar anak tertarik mempelajari sesuatu maka, buat suasana menyenangkan. Jadikan sebuah ruangan penuh dengan nyanyian, obrolan, bacaan yang menyenangkan dan lainnya. Apabila kata-kata dikaitkan dengan melodi dan irama akan membuat anak lebih mudah mengingatnya. Mendidik anak melalui cara seperti ini dapat memperkenal dan menambah kosakata baru tanpa berpikir keras.

3. Biasakan untuk berbicara 2 bahasa

Mendidik anak supaya pandai dalam 2 bahasa adalah membiasakannya berbicara 2 bahasa. Sebagai orang tua, Anda harus bisa memberinya contoh untuk berbicara 2 bahasa. Caranya apabila ayah menggunakan bahasa Indonesia, maka ibu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara pada anak. Konsisten lakukan hal tersebut sehingga anak Anda tidak bingung nantinya. Hal itu juga membuatnya muda membedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa Inggris. Supaya cara ini terwujud dengan baik, ayah dan ibu harus sama-sama meluangkan banyak waktu bersama dengan anak.

4. Pastikan orang tua fasih dan lancar 2 bahasa

Pastikan Anda sebagai orang tua fasih dan lancar memahami 2 bahasa. Kalau Anda tidak fasih, bisa belajar bersama anak. Misalnya dengan menonton video menyanyi, membaca atau menonton film yang menggunakan teks terjemahan. Bisa juga dengan mengambil kursus bahasa.

5. Manfaatkan teknologi

Selain membeli CD, manfaatkan juga video youtube. Perkenalkan dia dengan budaya negara yang berbeda. Dengan begitu, anak akan lebih cepat menangkap tentang kosakata dan arti kata. Carilah video yang menariknya untuk belajar dan mendidik.

Baca juga Karakter Anak Adalah Karakter Turunan

Itulah cara mendidik anak agar menguasai 2 bahasa dalam kehidupannya. Cukup mudah melakukannya, asalkan Anda sebagai orang tu selalu sabar dan mengerti dengan keadaan anak.

Friday, 23 September 2016

9 Kesalahan Fatal Dalam Mendidik Anak

9 Kesalahan Fatal Dalam Mendidik Anak



Meskipun banyak orangtua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orangtua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Setiap orangtua pasti selalu ingin yang terbaik bagi anaknya.
Banyak hal yang dilakukan agar anak tersebut menjadi manusia yang berguna, bahkan orangtua selalu mengatakan bahwa anaknya harus lebih baik dari dirinya sendiri dalam berbagai hal, baik ilmunya, pendidikannya, dan dalam segala hal.

Namun kenyataannya secara sadar ataupun tidak, orangtua sering membuat kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Bagaimana cara mendidik anak yang benar? Hindari 9 kesalahan fatal dalam mendidik anak berikut ini.

1. Kurang Pengawasan

Seringkali anak terlalu banyak bergaul di lingkungan yang semu di luar lingkungan keluarga, dan itu merupakan hal buruk yang seharusnya mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Jangan biarkan anak anda di luar sendirian, karena bagaimanapun anak anda membutuhkan perhatian anda sebagai orangtua.

2. Gagal Mendengarkan

Banyak orangtua yang terlalu lelah dalam memberikan perhatian pada anak dan cenderung kurang peduli pada apa yang anak-anak mereka ungkapkan. Misalnya saat seorang anak laki-laki pulang dengan mata yang terlihat lebam, pada umumnya orangtua langsung menanggapi kondisi anaknya tersebut dengan berlebihan, mengira-ngira si anak terkena benturan bola, atau bahkan berkelahi dengan temannya di sekolah. Tetapi faktanya, orangtua tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga anaknya sendiri yang bercerita.

3. Meluruskan Kesalahan Anak

Orangtua sebaiknya membiarkan terlebih dahulu jika anak melakukan suatu kesalahan, jangan langsung memvonisnya bersalah, biarkan anak anda belajar dari kesalahannya agar kesalahan tersebut tidak terulang di lain waktu. Tentu saja apabila kesalahan anak tidak membahayakan jika dibiarkan terlebih dahulu, namun maksudnya adalah kesalahan kecil yang membuat anak bisa belajar mengatasinya. Bantu anak anda untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri.

4. Terlalu Berlebihan

Banyak orangtua yang banyak menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Tetapi sangat sedikit yang meluangkan waktu bersama anaknya. Seorang ibu bisa bermake-up berjam-jam dan hanya punya sedikit waktu untuk anaknya sendiri. Luangkan waktu yang lebih banyak untuk mendampingi anak agar dapat memacu dan menumbuhkan kretifitas pada anak.

5. Bertengkar di Hadapan Anak

Perilaku orangtua yang sangat mempengaruhi dan merusak mental anak adalah bertengkar di hadapan anak. Ketika orangtua bertengkar di hadapan anak, khususnya jika anak anda adalah anak lelaki, maka nantinya anak tersebut mejadi pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat menjalin hubungan dengan wanita dengan cara yang sehat sehat.
Sebaiknya jika orangtua sedang bertengkar seharusnya mereka tidak memperlihatkannya pada anak-anak yang ada di sekitar mereka. Wajar saja bila orangtua bertengkar dan memiliki perbedaan pendapat pendapat tetapi sebisa mungkin harus dilakukan tanpa amarah, karena hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa takut bagi anak.

6. Tidak Konsisten 

Anak harus menyadari peran orangtua mereka. Oleh sebab itu orangtua harus konsisten dengan ucapannya. Cara mendidik anak saat ini sering bertolak belakang antara ucapan dan perbuatan orangtua. Saat anak meminta jajan makanan yang tidak sehat baginya, orangtua jelas melarang.
Namun saat anaknya terus saja merengek dan menangis, akhirnya orangtua menyerah dan memberikan uang pada si anak untuk membeli makanan tersebut. Ini tidak baik bagi psikologis anak, dalam pikirannya akan tertanam bahwa orangtuanya tidak konsisten. Nanti jika ia menginginkan hal lain dari orangtuanya, ia akan melakukan hal yang sama dan terus menerus hingga usianya bertambah.

7. Mengabaikan Kata Hati

Orangtua apalagi seorang Ibu, biasanya mempunyai kepekaan yang tajam tentang anaknya. Sudah saatnya mereka mendengarkan kata hatinya dalam mendidik anak, jangan sampai nuraninya dikalahkan oleh hal-hal lain yang dapat menyebabkannya salah dalam mendidik anak.

8. Terlalu Banyak Nonton TV

Neilsen Media Research melaporkan bahwa anak-anak di Amerika dengan usia 2-11 tahun menghabiskan waktunya untuk menonton TV 3 jam dan 22 menit dalam sehari. Saya rasa di Indonesia juga tidak jauh berbeda, bahkan sebagian anak lebih lama dari itu dalam menyaksikan siaran TV. Terlalu banyak menonton TV akan membuat anak jadi malas dalam belajar.

Ironisnya, banyak orangtua cenderung membiarkan anak mereka berlama-lama di depan TV, hal itu mereka lakukan daripada mengganggu aktifitas mereka sebagai orangtua. Jika demikian, semua acara TV yang negatif dan tidak sesuai dengan usia anak juga akan masuk pada kepala dan orangtua tidak akan bisa memfilternya. Dampingi anak anda saat menonton TV dan pilihkan acara yang sesuai dengan usianya dan batasi kegiatannya dalam menonton TV setiap hari.

9. Segalanya Diukur Dengan Materi

Anak membutuhkan quality time bersama orangtuanya. Tidak cukup hanya memberi anak berbagai benda dan mainan yang bisa mereka koleksi. Karena anak juga membutuhkan orangtua untuk mendengarkan mereka dibandingkan dengan anda memberinya sesuatu dan diam. Ini berdampak kurang baik bagi psikologis anak.

Baca juga Bentakan Dapat Membunuh Sel Otak Anak

Itulah 9 kesalahan fatal dalam mendidik anak yang sering dilakukan oleh sebagian orangtua, baik sadar ataupun tidak. Memang masih banyak kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak bisa dituliskan disini. Namun semoga 9 tips di atas dapat memberikan sedikit masukan untuk anda agar menjadi orangtua yang lebih baik.

Semoga bermanfaat.
( sumber : pendidikan karakter )


Thursday, 22 September 2016

Cara Jitu Mengajari Anak Belajar Menulis

Cara Jitu Mengajari Anak Belajar Menulis


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 22 September 2016

Siapa sih orang tua yang tidak ingin anaknya pandai menulis? Menulis memang sudah mulai dibelajarkan sejak anak di sekolah. Kadang orang tua mengalami sedikit kesulitan ketika mengajari anak belajar menulis. Yang namanya anak kecil mereka akan cenderung lebih memilih kegiatan yang menyenangkan bila Anda mengajari menulis dengan cara yang kaku dan bersifat memaksa mereka.

Berikut cara dalam mengajari anak belajar menulis:

1. Buatlah menulis menjadi menyenangkan


Anak-anak akan lebih tertarik pada kegiatan yang menyenangkan. Jadi saat Anda akan mengajari mereka menulis maka sebaiknya gunakan kegiatan yang menyenangkan. Misalnya dengan mengajak mereka belajar sambil bermain. Menyisipkan kegiatan belajar dalam aktivitas permainan mereka, tentu tidak akan membuat mereka merasa terbebani dan malah akan lebih menyukai aktivitas tersebut.

2. Ajari menulis dimana saja

Kegiatan belajar anak tidak harus dilakukan di dalam ruangan atau tempat resmi. Menulis bisa Anda lakukan dimanapun. Misalnya saat Anda mengajak anak bermain ke pantai. Anda bisa mengajari anak menulis melalui media pasir. Bila Anda mengajak anak bermain di sebuah taman, Anda bisa menggunakan tempat tersebut untuk menciptakan belajar yang nyaman kepada anak.

3. Hindari memaksa anak

Yang namanya paksaan pastilah tidak nyaman. Demikian halnya dengan belajar menulis yang akan dilakukan oleh anak Anda. Sebagai orang tua jangan sekali memaksa anak. Apalagi dengan perkataan dan sikap yang marah manakala melihat mereka tidak belajar atau belum mahir di dalam menulis. Yang terpenting yang harus dilakukan adalah sebaiknya lebih kepada menumbuhkan semangat belajar mereka. Dengan semangat belajar maka anak akan tumbuh inisiatif sendiri untuk belajar tanpa harus dipaksakan oleh orang tua untuk belajar.

4. Lengkapi dengan fasilitas belajar

Anak sekolah terlebih yang masih kecil merupakan anak yang masih tumbuh dan berkembang penuh dengan stimulus dan media. Jadi ketika Anda akan mengajari mereka suatu keterampilan, maka berikanlah sebuah media pendukung. Media menulis misalnya pensil yang lucu, buku tulis bergambar disertai dengan tulisan-tulisan yang bisa mereka tebalkan, atau garis putus-putus yang bisa mereka hubungkan untuk menjadi sebuah rangkaian huruf yang memiliki sebuah arti.

Itulah cara jitu dalam mengajari anak belajar menulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tuesday, 20 September 2016

Ini Cara Mengurangi Kebiasaan Anak Mengeluh

Ini Cara Mengurangi Kebiasaan Anak Mengeluh


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 21 September 2016

Mengeluh adalah salah satu kebiasaan yang tidak pernah lepas dari anak-anak. Anak-anak yang masih memiliki banyak kelemahan akan membutuhkan bantuan dari orang tua dalam banyak hal. Sebagai orang tua, Anda harus bisa bersabar. Anda tidak boleh serta merta melarang anak saat ia mulai mengeluh ini dan itu. Bagaimana pun sifat atau kebiasaan ini bisa dikurangi, meskipun tidak secara instan. Bagaimana pun proses yang baik akan menghasilakn produk yang baik. Begitu pula dalam mendidik anak. Orang tua membutuhkan kesabaran agar anak bisa bertumbuh menjadi pribadi yang baik tanpa merasa terpaksa dan tertekan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengurangi kebiasaan anak mengeluh.

1. Saat anak mengeluh, alihkan pada hal yang lain

Seorang anak sedang berjalan-jalan pagi bersama Mamanya. Ia mengeluh demikian, “Ma… Adik mulai keringetan. Gatel banget nih, Ma… .” Sang Mama langsung menanggapi dengan mengalihkan pada hal yang lain dengan berkata, “Lihat, ada orang jualan mainan lucu tuh…Yuk kita lihat-lihat.” Terkadang anak mengeluh hanya karena hal yang sepele dan tidak membahayakan. Bila Anda tahu bahwa keluhan itu adalah hal yang sepele, sebaiknya Anda bersikap santai dan tidak menganggap itu sebagai hal yang serius. Cara mengatasinya adalah dengan mengalihkan keluhn anak pada hal yang lain, sehingga anak tidak merasa dicuekin. Lama-lama anak akan menganggap bahwa keringetan saat olahraga adalah hal yang wajar dan bukanlah hal yang serius atau perlu dikhawatirkan.

2. Mau mendengarkan keluhan anak

Bila apa yang dikeluhkan anak adalah sesuatu yang serius, Anda juga perlu merespon secara serius. Respon serius tidak perlu dibarengi dengan ekspresi cemas apalagi kaget. Ekspresi kecemasan hanya akan melemahkan mental anak. Karena anak juga akan merasa takut bila mengalami hal yang serupa suatu saat nanti. Sebaiknya orang tua bersikap santai. Dengarkan saja keluhan anak dengan penuh perhatian dan kesabaran. Setelah mendengarkan dan memahami motif anak mengeluh, sebaiknya Anda meminta anak untuk menemukan solusinya sendiri. Bila anak belum bisa menemukn solusinya, Anda bisa membantu anak. Bagaimana pun dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan jalan keluar mereka saat mengadapi suatu masalah, Anda telah mengajari mereka tentang kemandirian dan sifat mau berinisiatif.

3. Menasihati dalam suasana santai dan ceria

Saat anak dalam suasana hati yang baik, santai, dan terlihat ceria, (bukan sesaat setelah anak bebuat kesalahan) orang tua bisa memberikan asrupan rohani kepadan anak dengan cara menasihati anak. Misalnya mengawalinya dengan pertanyaan, “Adik, mengapa sih kamu kemarin kepanasan sinar mata hari pagi aja mengeluh… . Padahal sinar matahari pagi itu malah baik untuk kesehatan. Seharusnya kamu tidak boleh takut.” Aktivitas ini bisa dilakukan saat bermain bersama anak, makan malam bersama keluarga, atau saat berjalan-jalan ke mall bersama keluarga.

4. Mengajak anak untuk menyelesaikan permasalahan sendiri

Pertengkaran di masa kecil, terutama pertengkaran antar saudara kandung biasa terjadi. Orang tua tidak perlu menganggap pertengkaran ini sebagai sesuatu yang terlalu seris. Orang tua perlu meminta kepada keduanya untuk menyelesaikan permasalahan mereka sendiri secara baik-baik dan kekeluargaan. Dalam hal ini, sikap orang tua dalah bersikap netral. Hal ini akan membantu mereka saat mereka menghadapi konflik dengan sesama anak, termasuk dengan teman-teman sekelas.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda memiliki trik-trik khusus dalam menyikapi sifat suka mengeluh yang sering muncul pada buah hati anda. Silakan berdiskusi dengan cara berkomentar.

Monday, 19 September 2016

Cara Menjalin Komunikasi dengan Anak

Cara Menjalin Komunikasi dengan Anak


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 20 September 2016

Komunikasi merupakan hubungan timbal balik antara pembicara dan pendengar. Berkomunikasi tentunya harus menggunakan Tutur bahasa. Baik itu bahasa lisan maupun tulisan. Sering kali terjadi miskomunikasi antar individu sehingga menyebabkan apa yang akan kita sampaikan tidak bisa sampai dengan benar. Menjalin komunikasi terhadap keluarga merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam menjalankan keharmonisan antar keluarga. Komunikasi terhadap anak adalah salah satu bentuk komunikasi dengan keluarga yang harus dilakukan dengan baik. Jangan sampai anak yang Anda sayangi jadi nakal dan lebih mendengar pengaruh dari luar daripada dengan Anda sendiri sebagai orang tuanya.

Menjalin komunikasi yang baik dengan anak tentunya harus dilakukan dalam setiap langkah kehidupan keluarga. Tentnya semua itu harus Anda lakukan dengan tidak kaku. Jadi, bagaimana menjalin komunikasi yang baik dengan anak?

Saat makan bersama

Anda bisa menjalin bentuk komunikasi yang baik bersama anak- anak ketika makan bersama. Dalam suasana yang nyaman ketika makan, Anda bisa memulai menanyakan hal-hal yang menyenangkan dan kurang menyenangkan yang dialami anak. Mungkin pengalaman anak saat di sekolah, atau selama anak berinteraksi dengan temannya. Dengan suasana yang nyaman dan dalam situasi makan, anak akan menceritakan bagaimana kegiatan yang mereka alami.

Mengajak anak untuk duduk bercengkrama

Sesibuk apapun Anda harus menyempatkan diri untuk mengajak anak duduk bercengkrama. Ajak mereka untuk berbincang-bincang. Topik yang Anda angkat harus menyesuaikan dengan dunia anak. Mungkin dari hobi, cita-cita dan pengalaman yang pernah dialami anak. Dengarkan apa yang ingin mereka sampaikan. Masukkan nilai-nilai budipekerti dari sikap yang anak Anda sampaikan.

Bicaralah dengan jelas

Cukup berbicara dengan jelas apa yang ingin Anda sampaikan kepada anak, supaya anak bisa langsung mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Jika anak Anda belum paham juga, maka ulangilah dengan perlahan. Dibutuhkan kesabaran hingga anak benar-benar mengerti.

Jadilah pendengar yang baik

Sediakan waktu ditengah kesibukan bekerja untuk mendengar keluhan anak. Biasanya orangtua hanya maunya didengarkan dan dituruti oleh anak. Saat ini belajarlah mendengar keluhan anak. Bisa jadi masalah besar justru muncul karena orangtua yang mengabaikan keluhan anak.

Nah, demikianlah cara yang bisa Anda lakukan dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Thursday, 15 September 2016

Pentingnya Memilih Waktu yang Tepat untuk Belajar

Pentingnya Memilih Waktu yang Tepat untuk Belajar


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 16 September 2016

rajin belajar? Atau sering diskusi? Tetapi ketika menghadapi berbagai permasalahan langsung bingung. Padahal salah satu tanda dari seorang yang cerdas adalah bisa menyelesaikan sebuah masalah. Tidak hanya pintar mencari solusi dan punya wawasan luas, tetapi seharusnya orang yang belajar banyak juga tahu kapan memilih waktu yang tepat untuk belajar. Sebab bisa saja Anda memiliki durasi belajar yang banyak tetapi tidak efektif.
Jadi, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk belajar. Selain menghemat energi, Anda juga bisa memanfaatkan waktu belajar Anda selama ini untuk hal-hal lain yang juga masuk dalam prioritas Anda. Dan berikut cara memilih waktu belajar yang efektif:

Saat bangun di pagi hari

Setelah istirahat semalaman maka kondisi fisik akan bugar kembali. Bangun di pagi hari tidak hanya cocok untuk olahraga pagi, tetapi juga merupakan waktu yang tepat untuk belajar. Cara belajar itu misalnya dengan membaca, sebab otak masih dalam keadaan segar sehingga mudah menyerap apa-apa yang dipelajari. Jadi memilih waktu belajar pada pagi hari bisa membantu efektifitas pembelajaran.

Belajar di waktu luang

Dua puluh empat jam yang Anda miliki dalam satu hari itu biasanya Anda akan menemukan waktu luang. Misalnya pada saat lagi antri, daripada bengong dan pikiran Anda kosong maka waktu seperti itu bisa Anda isi dengan membaca. Selalu siapkan bahan bacaan di manapun Anda bepergian. Waktu luang yang spontanitas seperti itu bisa Anda manfaatkan untuk belajar lebih efektif.

Sebelum jam istirahat atau tidur

Sebelum beristirahat merupakan pilihan waktu belajar yang efektif. Misalnya pada malam hari dan kondisi tubuh Anda lelah tetapi biasanya Anda biasa tidak bisa langsung tidur atau jam istirahat pada waktu siang. Maka memilih belajar pada saat seperti itu merupakan sebuah momen yang tepat. Jadi tidak ada salahnya kalau sebelum istirahat Anda memilih untuk belajar.

SEMOGA BERMANFAAT

Wednesday, 14 September 2016

4 Tips Mudah bagi Siswa untuk Mengerjakan PR


Tips Mudah bagi Siswa Mengerjakan PR




Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 15 September 2016


Guru mata pelajaran memberikan PR atau pekerjaan rumah kepada siswa. Jumlah dan bobot PR setiap mata pelajaran tersebut berbeda satu sama lainnya. terkadang siswa, bahkan orangtua siswa, mengeluh lantaran banyaknya PR yang diberikan guru di sekolah.
Pertanyaaanya, Apakah para guru mata pelajaran sengaja memberi PR banyak dan berbobot tinggi untuk memberatkan siswa? Jawabannya memang benar sengaja memberi PR, Tapi bukan untuk memberatkan siswa.
PR itu bertujuan agar siswa mau mengulang pelajaran di rumah. Selain itu juga memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Apakah setiap guru memberi PR dengan jumlah banyak? Setiap mata pelajaran memiliki karakter tersendiri. Begitu pula tujuan pembelajaran yang hendak dikuasai siswa. Berdasarkan hal inilah para guru memberikan PR kepada siswa. Faktanya memang, dalam satu hari ada 2 atau 3 guru mata pelajaran yang memberikan PR kepada siswa. PR itu diberikan dengan jumlah dan bobot yang berbeda. Itu dapat dimaklumi karena dalam satu hari terdapat beberapa mata pelajaran. Kecuali pada hari tersebut siswa hanya belajar dengan satu guru mata pelajaran.

Lalu bagaimana cara siswa agar dapat mengerjakan PR dengan mudah?

1. Buat buku agenda PR
Setiap siswa hendaknya memiliki catatan kecil atau buku agenda untuk mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan PR atau pekerjaan rumah yang diberikan guru. Isinya antara lain; apa saja mata pelajaran yang memiliki PR pada hari bersangkutan. Kemudian apa materi PRnya, dimana sumbernya, dan kapan waktu dikumpulkan kembali.

2. Tertib PR

Tertib PR maksudnya mendahulukan PR sekolah yang paling dekat untuk dikumpulkan. Disinilah pentingnya buku agenda PR sehingga PR mana yang segera dikerjakan terlebih dulu. PR mata pelajaran yang dikumpul dalam waktu dekat, segera kerjakan terlebih dulu.

3. Membentuk Kelompok Belajar

Salah satu tujuan membentuk kelompok belajar adalah mengerjakan PR sekolah secara bersama-sama. Berapapun banyaknya PR sekolah akan dapat dikerjakan dengan berkelompok. Coba bandingkan sekian PR yang dikerjakan sendiri-sendiri di rumah. Mana yang lebih mudah?

4. Sumber belajar

Sumber belajar adalah semua bahan belajar yang dapat digunakan siswa untuk mengulang pelajaran maupun mengerjakan PR di rumah. Apa saja sumber belajar? Buku catatan pelajaran termasuk sumber belajar. Begitu pula buku paket atau buku penunjang sesuai mata pelajaran dan pokok bahasan. Bahkan perangkat seluler, tablet, komputer pribadi termasuk sarana dan sumber belajar.

Dengan menerapkan tips mudah di atas diharapkan siswa tidak mengeluh lagi dengan banyaknya PR rumah atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.

SEMOGA BERMANFAAT


Metode Penerapan Aturan bagi Anak


Metode Penerapan Aturan bagi Anak



Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 14 September 2016

rasa ingin tau yang tinggi. Ia ingin selalu mencoba sesuatu yang baru. Dalam hal bermain pun anak-anak terlihat cepat bosan. Sebentar-sebantar berganti mainan. Terkadang kebiasaan ini membuat anak menjadi lupa untuk membereskan mainan-mainan yang telah dimainkan sebelumnya. Rumah menjadi tampak berantakan, karena mainan berserakan di mana-mana.

Bila hal ini didiamkan, tentu akan memberikan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak. Anak-anak menjadi terkesan semaunya sendiri.

Agar anak-anak bisa lebih tertib dalam hal menjaga kebersihan dan kerapian rumah, tentu dibutuhkan aturan. Aturan bisa memberikan pelajaran kepada anak tentang arti tanggung jawab. Namun tentu saja aturan juga tidak boleh terlalu memberatkan anak. Tujuan utama dibuat aturan adalah agar anak bisa menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk mengekang anak. Agar anak tidak terkekang dan bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak, misalnya anak menjadi stres.

1. Berdiskusi dengan Anak Dalam Membuat Aturan

Agar tercipta suatu mufakat bulat, maka orang tua perlu berdiskusi bersama anak. Orang tua tidak boleh membuat aturan secara sepihak. Diskusikan kepada anak tentang aturan yang disepakati. Biarkan anak yang memutuskan konsekuensi dari aturan yang dibuat. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik. Dalam hal ini, orang tua juga harus mematuhi aturan yang telah disepakati. Konsekuensi yang disepakati haruslah memiliki tujuan untuk memperbaiki kepribadian anak.

2. Berikan Konsekuensi Saat Anak dalam Keadaan Tenang

Saat anak berbuat kesalahan, tentu saja orang tua perlu menegur anak. Namun terkadang teguran kepada anak, membuat anak menjadi sedih atau marah. Terkadang ekspresi kesedihan dan kemarahan terungkap secara verbal. Dalam keadaan ini, orang tua perlu menenangkan anak terlebih dahulu. Bila perlu, berikan waktu sejenak kepada anak untuk menenangkan diri atau melakukan instrospeksi diri, hingga dia menyadari kesalahannya. Bila anak ingin melakukan pembelaan, tentu saja orang tua perlu mendengarkan anak dengan dengan penuh kesabaran.

3. Perlunya Ketegasan dalam Memberikan Konsekuensi

Bila anak benar-benar telah melakukan kesalahan, konsekuensi harus tetap dilaksanakan. Hal ini bisa menumbuhkan tanggung jawab pada anak. Konsekuensi juga tidak perlu hal-hal yang berat. Contoh konsekuensi yang bisa diberikan kepada anak adalah tidak boleh bermain video game dalam jangka waktu tertentu atau mengurangi uang jajan.

4. Perlunya Pujian dan Penghargaan kepada Anak

Anak-anak tidak hanya membutuhkan konsekuensi, namun mereka juga membutuhkan pujian dan penghargaan. Saat mereka melakukan sesuatu yang baik, orang tua bisa memberikan pujian atau penghargaan kepada anak. Ucapkan pujian dengan hati yang tulus. Bila perlu, berikan penghargaan juga kepada anak, agar anak semakin terpacu untuk mematuhi aturan.

5. Perlunya Rekonsiliasi antara Orangtua dan Anak

Setelah anak melakukan kesalahan dan mendapatkan konsekuensi, biasanya anak akan merasa bersalah (bila ia benar-benar bersalah). Dalam hal ini, rekonsiliasi sangatlah penting. Orang tua perlu melakukan pendekatan kembali kepada anak. Ungkapkan apa ketidaksukaan Anda dari apa yang telah dilakukan anak, sehingga anak akan paham akan kesalahannya dan memiliki niat untuk memperbaiki. Bila perlu, Anda bisa memulainya dengan meminta maaf bila ada kata-kata tindakan anda yang salah.

6. Aturan Perlu Dipatuhi oleh Anak-Anak dan Orangtua

Anak-anak biasanya akan mencontoh perbuatan dan perkataan orang tuanya. Maka sebagai orang tua, anda perlu memberikan contoh yang baik bagi buah hati anda. Karena pengaruh terbesar dari perkembangan kepribadian anak adalah orang tua mereka sendiri. Semoga buah hati anda akan semakin tumbuh menjadi anak yang baik, disiplin, dan bertangggungjawab.

Tuesday, 13 September 2016

10 Teknik untuk Membentuk Perilaku Anak yang Baik

10 Teknik untuk Membentuk Perilaku Anak yang Baik



Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 13 September 2016

Perilaku anak dapat dibentuk sejak dini

Orangtua mana sih yang tak bangga punya anak baik? Perilaku anak yang baik bukanlah anugerah, tapi sesuatu yang bisa dibentuk sejak dini.
Karakter anak bisa berubah karena ditempa oleh peraturan. Memang tidak mudah, karena Anda mungkin mendapat ‘perlawanan’ darinya. Namun percayalah, Anda akan puas dengan hasilnya saat anak telah dewasa.
Inilah beberapa teknik yang bisa Anda terapkan untuk membentuk perilaku anak yang baik.

 1, Membantu anak untuk memahami konsekuensi dari setiap tindakannya

Membiarkan mereka belajar dari pengalaman adalah cara paling efektif untuk membentuk perilaku anak. Mereka jadi belajar untuk mendisiplinkan diri sendiri.
Mereka jadi paham bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya. Mereka jadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Ia akan terbiasa menghindari tindakan buruk, meski Anda sedang tidak bersamanya.
Misalnya, anak Anda selalu lupa menyimpan kembali mainannya. Suatu saat, sembunyikanlah mainan itu.
Hindari kata-kata, “Apa Mama bilang!” atau “Rasain,” agar anak tidak merasa seperti orang yang sudah jatuh tertimpa tangga.

2, Abaikan kesalahan kecil

Berfokuslah pada hal-hal yang lebih besar. Kesalahan kecil yang dilakukan anak sebaiknya tidak ditanggapi berlebihan, asalkan kesalahan itu:
  • tidak membahayakan keselamatan dirinya atau orang lain
  • tidak merusak benda di sekitar
  • tidak bisa berkembang menjadi problem yang lebih besar
Kesalahan-kesalahan kecil akan hilang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan kedewasaan anak.

3, Menarik atau memberikan hak istimewa

Menonton TV setengah jam lebih lama di hari libur, main ke rumah teman sampai sore, adalah beberapa contoh hak “istimewa” anak.
Jika anak membuat kesalahan, Anda bisa mencabut hak istimewa ini. Metode ini cocok diterapkan untuk anak yang telah menginjak usia pra remaja.
Ingatlah untuk mengembalikan kembali hak istimewa anak di saat yang telah disepakati.

4, Tidak menegur terus secara bertubi-tubi

Kita bermaksud baik dengan berulang kali menegur dan meningatkan mereka. Namun janganlah bertubi-tubi seperti rentetan umpatan.
Ternyata, telinga anak bisa merasa gatal kalau mendengar gerutuan Anda terus-terusan. Ia bisa nervous berkepanjangan, karena merasa Anda tidak mempercayainya.
Studi membuktikan tindakan ini tidak akan mengubah perilaku anak jadi lebih baik, tetapi justu menjadi lebih buruk. Anak pun dapat memandang dirinya sebagai pribadi yang buruk.

5, Bernegosiasi dengan anak

Orangtua otoriter, itu mah dah jadul banget. Anak sangat ingin didengar, terutama oleh Anda, orangtuanya.
Menerapkan peraturan tanpa mendengarkan pendapat anak adalah perilaku jaman baheula. Hindarilah metode ini jika anak sudah ABG.
Bernegosiasilah dengan mereka. Misalnya, ia menolak untuk tidur jam 9 malam. Tanyakan kepadanya, apakah kita perlu mengubah peraturan jam tidur?
Bila ia menjawab ya, tanyakan jam berapa. Bila ia menjawab jam 10, tanyakan apa yang ia lakukan selama tambahan 1 jam tersebut. Dan katakan konsekuensinya bila ia kurang tidur. Begitu seterusnya.

6, Katakan saat ‘meeting keluarga’


Bila berbicara kepadanya tidak juga berhasil mengubah perilakunya, cobalah membuat sebuah ‘meeting keluarga’. Meeting ini tidak perlu berupa acara khusus, namun bisa saja memanfaatkan momen makan malam bersama.
Misalnya, Anda tidak berhasil membuat si remaja Anda membereskan barang-barang yang telah ia gunakan di ruang keluarga. Angkat masalah itu saat makan malam, dan minta komitmennya di hadapan anggota keluarga lainnya.

7, Mengingatkan

Anak yang lebih dewasa mungkin bilang lupa sebagai alasan, tetapi anak yang lebih kecil mungkin benar-benar lupa.
Mereka perlu diingatkan. Caranya bisa dengan mengatakan, “Wah, piring ini kok ada di sini ya,” saat ia tidak meletakkan piringnya di bak cuci setelah makan.

8, Motivasi dan hadiah

Hadiah bisa menolong kita dalam membentuk perilaku anak. Tapi hadiah juga bisa ‘menjerumuskan’ anak karena mereka hanya menginginkan hadiahnya.
Jadi, berhati-hatilah menggunakan hadiah sebagai iming-iming.
Saat menentukan hadiah, hita bisa juga menanyakan padanya apa yang diinginkan jika ia bisa tidur sendiri tanpa ditemani.

9, Teknik memuji

Pujian adalah cara ampuh membentuk perilaku anak. Anak merasa senang karena ia mendapat pengakuan dari Anda, dan ia jadi tahu apa yang kita harapkan.
Tapi jangan sampai memuji berlebihan. Pujilah apa yang ia lakukan, bukan puji dirinya. Hindari pujian, “Anak pintar,” tetapi lebih baik katakan, “Wah rapih sekali kamarmu.”
Bila kita memuji dirinya, ia bisa berpikir bahwa bila ia tidak merapihkan kamarnya maka dia bukan anak yang baik.
Berikan pujian karena ia melakukan suatu tindakan spesifik. Misalnya, “Wah, pandainya. Adik sudah bisa makan sendiri.”
Ubah pujian sesuai usia anak. Acungkan jempol saat ia bisa menalikan sepatu sendiri, atau merapikan mainan tanpa disuruh.

10, Menegur dengan humor

Apa kita nggak capek marah melulu sama anak? Kecuali anak punya kelainan pendengaran, kita tak perlu berbicara dengan suara keras kepadanya, apalagi sampai membentak.
Anak bisa lebih mengingat nasihat atau teguran yang disampaikan dengan cara menyenangkan.
Misalnya, Anda mengingatkan anak untuk menyiapkan peralatan sekolah dengan suara ala Minion. Pasti anak Anda tertawa dan langsung ingat pada tugasnya.

nah, para orang tua, selamat mencoba 10 teknik membentuk perilaku anak di atas.

Friday, 9 September 2016

Mimpi Besar, Mimpi Sukses

BIG DREAM, BIG SUCCESS


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 10 September 2016,

“Sukses berawal dari Mimpi yang besar, memiliki Strategi dan Berani untuk Melangkah mewujudkannya
Jangan pernah meremehkan kuasa Impian, jangn pernah menjalani hidup tanpa Impian. Itu sebabnya orang yang paling malang dan paling miskin di dunia ini, adalah orang yang tidak memiliki impian di dalam hidupnya.
Mengapa demikian ? Karena setiap kesuksesan besar selalu berawal dari Impian. Kita tidak pernah mengenal orang yang mencapai kesuksesan besar tanpa sebuah impian di dalam hidupnya.
Wright bersaudara bermimpi bahwa manusia bisa terbang. Pada zaman itu, impian mereka dianggap gila dan mustahil untuk dilakukan. Mereka di ejek dan dikatakan tidak masuk akal, dikatakan gila dan bahkan di tolak oleh orang-orang terdekatnya sendiri termasuk orang tuanya. Namun mereka tidak putus asa dan bahkan mewujudkan impiannya dengan membuat pesawat terbang untuk pertama kalinya.
Manusia pergi ke bulan ? Itu mimpi yang juga tak kalah gilanya, namun pesawat Apollo 11 pada tanggal 16 juli 1969 telah lepas landas dari bumi untuk menempuh perjalanan sejauh 244.930 mil menuju bulan. Empat hari kemudian Neil Amstrong menjadi manusia pertama yang menginjakan kakinya di bulan. Impian besar menghasilkan hal-hal yang besar.
Seandainya mereka tidak berani bermimpi dan menerima keadaan mereka seperti apa adanya, tentu mereka tidak akan pernah menghasilkan hal-hal yang besar. Lalu bagaimana dengan Anda ? Sudahkah Anda memiliki Impian besar dalam Hidup Anda ? Ataukah Anda berpikir bahwa hidup Anda sudah ditakdirkan seperti yang Anda alami sekarang ini ?
Kalau Anda tidak berani bermimpi besar maka hidup Anda tidak akan pernah menghasilkan hal-hal besar. Jika Anda berani bermimpi besar, maka akan ada kesuksesan besar. Bermimpi kecil akan menghasilkan kesuksesan kecil. Tidak berani berani bermimpi membuat Anda tidak akan pernah mencapai apa-apa.

Bagaimana memulai kesukesan ?

1. Jangan pernah batasi Impian


Jika kita membatasi impian Anda dan berpikir bahwa hal tersebut tidak mungkin, maka Anda juga tidak akan pernah mewujudkan impian Anda. Sebaliknya jika Anda berani bermimpi besar, percayalah bahwa hal-hal besar akan terjadi dalam kehidupan Anda. Dalam semua bisnis, mereka yang berani bermimpi besar juga akan mendapatkan hasil yang besar sesuai dengan apa yang di impikannya. Percayalah bahwa yang membatasi kesuksesan Anda adalah Mimpi Anda. Oleh karena itu orang tidak akan Sukses melebihi besarnya Impian nya. Mari Bermimpi Besar, dan Jangan batasi Impian Anda

2. Miliki Impian yang Berkualitas

Seperti apakah mimpi yang berkualitas itu ? Pertama, impian kita harus besar. Tidak ada yang namanya impian kecil bisa menghantarkan Anda kepada kesuksesan besar. Kedua, Impian Anda harus jelas. Bermimpilah diluar jangkauan Anda tetapi jangan bermimpi diluar pandangan Anda. Impian Anda haruslah jelas, buatlah detil-detilnya, dan Anda harus yakin bahwa impian Anda akan bisa Anda raih, serta jangan buat impian Anda kabur dan terlalu mengawang-awang. Ketiga, impian Anda harus selalu diperluas agar tidak berhenti ketika impian Anda sudah tercapai, lalu tidak ada target yang lebih tinggi untuk diraih dan dilakukan. Jangan berhenti ketika Impian yang satu sudah tercapai, tetapi selalu memiliki Impian yang lebih besar. Bagaimana dengan Anda ?

3. Mimpi harus dibarengi dengan Memiliki Strategi dan Aksi

Mimpi tanpa memiliki strategi adalah angan-angan, dan hal ini tidak akan mengantarkan Anda pada kesuksesan. Strategi apa yang akan Anda buat untuk meraih mimpi besar Anda ? Impian tanpa Aksi atau Berani Melangkah juga akan menjadikan Anda sebagai Pemimpi belaka. Selama tidak ada Usaha untuk mewujudkan Impian Anda, maka jangan pernah berharap Anda bisa mewujudkan kesuksesan besar. Ingat bahwa kesuksesan besar selalu berawal dari Impian yang besar, memiliki Strategi yang tepat bagaimana meraihnya, dan Berani Melangkah mewujudkannya.

Mimpi besar itu tidak bayar, oleh sebab itu bermimpilah hal-hal yang besar. Anda akan menerima sejauh mimpi Anda. Para pakar motivasi berkata demikian. Benarkah itu? Ini yang saya tahu.
1. Mimpi itu sendiri memang tidak bayar. Tetapi untuk mimpi menjadi kenyataan, ada harga yang harus dibayar. Ada proses yang harus dilewati dan dimenangkan.
2. Anda boleh bermimpi tapi Anda juga harus realistis, sehingga mimpi Anda tidak hanya sekedar mimpi indah.
3. Bangunlah mimpi di atas kekuatan Anda, namun Anda tidak membatasi kemampuan itu. Dengan demikian mimpi Anda akan menjadi kenyataan, bahkan lebih dari apa yang dapat Anda impikan, pikirkan atau doakan.
Beberapa abad yang lalu, seorang perantau dari eropa datang ke amerika karena mimpi bahwa jalan-jalan di sana terbuat dari emas. Kenyataannya: jalan-jalan di sana tidak dilapis emas, bahkan sama sekali tidak beraspal. Untungnya ia tidak memiliki pemikiran untuk kembali ke negaranya. Yang dilakukannya ialah mengerjakan pengaspalan menuju tempat pendulangan emas

SALAM SUKSES 

 

Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Anak Cengeng

Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Anak Cengeng


Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 09 September 2016

Menangis memang bahasa pertama bagi anak Anda.  Tapi bagaimana ketika besar dan justru ia menjadi hobi menangis? Tentunya Anda tidak ingin si kecil tumbuh menjadi anak cengeng ya.
Anak menjadi cengeng selain karena sifat bisa juga karena pengaruh lingkungan. Karena itu, cara orangtua mendidiknya amatlah penting.
Berikut 5 hal yang bisa Anda lakukan untuk mendidik si kecil agar tidak menjadi anak cengeng.

1. Kenali karakter anak

Sifat dan karakter anak harus Anda kenali sejak dini. Perhatikan saat ia sedang bermain dengan temannya, apakah ia mudah tersinggung? Jika iya, mungkin anak Anda memiliki perasaan yang halus atau sensitif.
Dengan mengenal karakter anak, Anda bisa menentukan pola asuh yang tepat untuknya.

2. Tidak berteriak

Saat anak jatuh, orangtua biasanya berteriak karena mereka kaget. Teriakan inilah yang lebih sering membuat si kecil menangis lebih dari rasa sakit yang dia alami akibat jatuh.
Dikhawatirkan, lama-lama ia akan terbiasa untuk menangis ketika terjatuh meskipun ia tidak merasa sakit atau mendapat luka.
Memang sulit untuk tidak berteriak atau terkejut ketika si kecil terjatuh. Namun perlahan Anda bisa menahan diri untuk tidak melakukannya.

3. Jangan menakut-nakuti

Orangtua terbiasa mengancam atau menakut-nakuti anaknya ketika mereka menangis dengan tujuan supaya anaknya diam.
Sudah, berhenti menangisnya. Nanti ada ondel-ondel lho! Hal yang seperti ini sebaiknya tidak Anda lakukan karena justru membuat dia menjadi anak penakut.

Baca juga 7 Cara Cerdas Dalam Memuji Anak

Jauh lebih baik ketika ia menangis Anda alihkan perhatiannya dengan hal yang dia sukai.
Untuk anak yang lebih besar, ketika menangis, tenangkan ia dengan bertanya seperti ini, Kamu menangis kenapa? Apa yang bisa ayah/bunda bantu untuk membuat kamu merasa nyaman?

Wednesday, 7 September 2016

Cara Mengatasi Konflik Pribadi Anak (Self-Conflict)

Cara Mengatasi Konflik Pribadi Anak (Self-Conflict)




Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 07 September 2016

Ada 2 macam konflik yang sering terjadi pada diri anak-anak. Yang pertama adalah konflik pada diri sendiri. Konflik ini ditandai dengan ekspresi anak yang bingung, diam, bengong, atau menangis. Sedangkan konflik yang kedua adalah konflik dengan teman. Konflik ini ditandai dengan berkelahi, berebut mainan, atau melakukan aktifitas yang cenderung negatif. Melalui artikel ini, Kami mengajak anda untuk memahami cara mengatasi konflik pribadi (self-conflict) yang sering terjadi pada diri anak..

1. Mencari Informasi

Untuk mencari informasi tentang suatu konflik yang terjadi pada diri seorang anak, akan lebih baik bila kita mencari informasi tentang apa penyebabnya. Dalam hal ini, disarankan untuk menyelidiki penyebabnya namun tidak langsung pada anak yang mengalami konflik. Kita bisa mencari informasi melalui guru yang lain (terutama guru yang dekat dengan sang anak), sahabat sang anak, orang tua / wali, atau orang-orang yang mengenal sang anak dengan begitu dekat.

2. Mengidentifikasi Secara Langsung

Untuk mengidentifikasi anak secara langsung, kita juga perlu memilih saat yang tepat. Biasanya saat yang tepat adalah saat di luar jam pelajaran sekolah, agar tidak mengganggu jam pelajaran di sekolah. Misalnya adalah pada saat anak-anak mengadakan circle-time atau briefing singkat sebelum dan sesudah pelajaran usai. Kita bisa meminta anak untuk berbicara dengan kita secara pribadi dan memberikan beberapa pertanyaan. Gunakan suara yang lembut dan tidak terkesan memaksa. Keberhasilan dalam proses ini biasanya sangat bergantung pada tingkat kedekatan guru dengan muridnya. Itulah pentingnya menjaga kedekatan antara guru dan murid dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, yang mana bisa dipupuk dengan cara saling memberi salam, saling menyapa, atau meluangkan waktu untuk ngobrol bersama anak didik. Bila kita dekat dengan anak-anak didik, biasanya anak-anak didik akan menjawab dengan jujur dan terbuka hanya dengan memberikan satu atau dua pertanyaan.

3. Dengarkan Ungkapan dari Pengakuan Anak

Bila sang anak sudah mulai bisa terbuka, kita harus bisa menjadi pendengar yang baik. Usahakan ada kontak mata, agar sang anak lebih merasa diperhatikan. Bila anak memberikan pernyataan yang kurang berkenan, kita juga jangan terlalu mudah tersulut emosinya. Kondisi emosi kita pun harus stabil pada saat mendengarkan keluhan atau pernyataan anak. Bila anak terlihat kurang tenang, kita bisa menepuk pundaknya seraya mengatakan kata-kata yang menenangkan hingga kita tahu apa yang menjadi permasalahan anak dan apa yang ia inginkan. Bagaimana pun anak-anak akan lebih mampu melakukan sesuatu bila hatinya tenang.

4. Berusaha Memberikan Pilihan Bukan Hanya Satu Solusi

Bila kita sudah memahami permasalahan yang dia hadapi, alangkah lebih aiknya bila kita memberikan solusi. Akan lebih baik, bila solusi itu berupa dua buah pilihan. Dan saat ia memilih salah satunya, kita bisa menanyakan alasannya, sehingga ia pun menjadi tahu resiko yang harus dan siap dihadapi saat memilih sesuatu. Misalnya, bila konflik yang dihadapi anak adalah rasa malu karena lupa tidak membawa kotak pensil, maka kia bisa memberikan pilihan mau meminjam alat tulis teman atau meminjam punya Bapak Guru. Kita juga bisa memberikan nasihat atau kiat agar anak didik kita itu tidak lupa membawa alat tulis.

5. Memahami Pribadi Anak

Ada beberapa anak yang merasa sangat malu dan tidak ingin banyak orang tahu saat melakukan suatu kesalahan (misalnya, tidak membawa kotak pensil). Namun bagi beberapa anak, hal ini sangatlah memalukan, dan tidak ingin ada orang lain yang tahu selain guru. Namun ada pula anak yang merasa bersalah karena tidak membawa kotak pensil, namun tidak merasa keberatan bila teman-teman yang lain tahu. Oleh karenanya, kita juga perlu memahami kepribadian seoarang anak. Bila kita menemukan seorang anak yang cenderung tertutup, kita perlu berhati-hati. Bila ia sudah mulai terbuka dan membuat pernyataan atau persetujuan agar masalah yang dia hadapi adalah rahasia (tidak boleh diketahui oleh teman-teman lainnya, selain guru), maka kita harus menjaga rahasia itu. Karena kalau kita sampai melanggar perjanjian tersebut, maka bukan tidak mungkin bila sang anak menjadi lebih tertutup dan sulit terbuka pada kita.

6. Mengalihkan dengan Aktivitas

Memang ada anak-anak yang memiliki kecenderungan mudah cemas tanpa suatu alasan yang pasti. Atau hanya suatu hal yang sederhana yang seharusnya bukan menjadi suatu masalah. Untuk menghadapi anak-anak seperti ini, mereka sebenarnya hanya perlu didengarkan. Kita cukup mendengarkan cerita mereka hingga ia merasa tenang, setelah itu kita bisa mengajaknya melakukan aktivitas yang lain dan menyenangkan, sehingga ia bisa melupakan permasalahan yang ia hadapi. Setelah mood-nya berubah, kita bisa memberikan dia nasihat dengan kata-kata yang tidak terlalu berat dan suasana yang lebih santai.
Anak-anak memang memiliki pribadi yang unik. Saat anak-anak menghadapi suatu masalah, kita tidak boleh melihat dari satu sisi saja atau hanya berfokus pada masalahnya saja. Namun hal terpenting adalah memahami pribadi anak. Pemahaman akan pribadi anak inilah biasanya yang tidak mudah. Membutuhkan usaha dari guru agar anak-anak dekat dengan gurunya, misalnya dengan meluangkan waktu ngobrol dengan anak-anak di saat istirahat, rajin bertegur sapa dengan anak-anak didiknya, dan rajin mengamati perkembangan pribadi serta emosi anak-anak didiknya.

Tuesday, 6 September 2016

Bagaimana Mengatasi Murid yang Suka Bolos?


Bagaimana Mengatasi Murid yang Suka Bolos?


 

Anda para guru pernahkah memiliki anak didik yang sering absen? Tenang, tidak hanya Anda yang memiliki masalah ini. Di Amerika, 1 dari 8 anak memiliki chronic absenteeism atau absen kronis. Masalah ini tidak bisa disepelakan, karena akan berpengaruh pada guru dan lingkungan pergaulan anak.

Apa itu chronic absenteeism?

Siswa yang melewatkan kelas atau absen selama 10% dari jumlah hari satu tahun pembelajran, kira - kira sekitar 15 - 20 hari, tergantung dari sekolah itu sendiri. Itulah yang disebut chronic absenteeism. Baik absen tersebut beralasan atau hanya bolos, melewatkan 15 hari bisa menjadi indicator besar bagi anak untuk drop out atau dikeluarkan dari sekolah.

Besar dampak yang didapat jika absen terlalu banyak. Anak dengan chronic absenteeism akan tertinggal dari teman - temannya, kesulitan untuk mengikuti pelajaran, tidak lolos ujian, tidak naik kelas, dan yang lebih buruknya drop out.

Chronic absenteeism juga bisa mempengaruhi pengetahuan emosi dan sosialnya, seperti konflik, pemecahan masalah, dan kerja sama yang tentunya sangat penting saat di lingkungan kerja dan kuliah nanti.

Banyak alasan yang membuat anak melewatkan sekolah. Sakit, kesulitan transportasi, atau bisa juga menghindari pembullyan, kejadian buruk di kelas, atau kekerasan bisa menjadi alasannya. Untuk itu, pihak sekolah dan orang tua jangan anggap sepele masalah chronic absenteeism ini.

Apa yang harus dilakukan guru?

Memiliki siswa dengan chronic absenteeism tentu menyulitkan bagi guru, terutama untuk bidang matematika. Ada beberapa cara yang guru bisa lakukan, salah satunya mewaspadai dan memantau. Perhatikan anak yang mulai absen beberapa selang hari. Guru harus ingat bahwa kehadiran siswa menjadi indikator siswa lulus.

Dengan guru memperhatikan anak yang mulai mengalami chronic absenteeism, ia bisa dengan cepat mencari akar masalah dan berdiskusi dengan administrasi sekolah dan orang tua.

Untuk anak yang sudah mengalami chronic absenteeism, ada cara untuk menghadapinya. Simpelnya adalah memanggil orang tua si anak dan menjelaskan bahwa kehadiran kelas sangat penting untuk kelulusannya dan untuk masa depannya nanti. Selain itu, ciptakan lingkungan kelas yang baik, buat patokan kehadiran menjadi penting di kelas, atau bertanya pada administrasi alasann si anak absen.

Apa yang harus dilakukan administrasi sekolah?


Di beberapa sekolah, chronic absenteeism atau keterlambatan dapat berujung ke suspense atau penahanan. Namun jika hal ini diteruskan ke hukum, maka akan besar lagi masalahnya. Hal ini bisa mengarah ke hukuman pada orang tua karena tidak mendidik anak dengan baik. Lantas bagaimanakah cara yang baik?

Tidak semua chronic absenteeism disebabkan oleh orang tua. Untuk itu, jangan fokus mendesak orang tua untuk membujuk anaknya bersekolah. Datangi dan berdiskusi dengan orang tua, dan bekerja sama untuk membujuk anak untuk ke sekolah.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Satu hal yang dipertanyakan bisa anak mengalami chronic absenteeism adalah orang tuanya. Maka dari itu, orang tua perlu sadar bahwa kehilangan 10% hari dari tahun pembelajaran itu sangat merugikan bagi anak. Komunakasi dengan sekolah yang baik juga bisa mencegah anak yang absen tanpa sebab.