Wednesday 14 September 2016

Metode Penerapan Aturan bagi Anak


Metode Penerapan Aturan bagi Anak



Homeschooling Surabaya-Homeschooling Pena, 14 September 2016

rasa ingin tau yang tinggi. Ia ingin selalu mencoba sesuatu yang baru. Dalam hal bermain pun anak-anak terlihat cepat bosan. Sebentar-sebantar berganti mainan. Terkadang kebiasaan ini membuat anak menjadi lupa untuk membereskan mainan-mainan yang telah dimainkan sebelumnya. Rumah menjadi tampak berantakan, karena mainan berserakan di mana-mana.

Bila hal ini didiamkan, tentu akan memberikan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak. Anak-anak menjadi terkesan semaunya sendiri.

Agar anak-anak bisa lebih tertib dalam hal menjaga kebersihan dan kerapian rumah, tentu dibutuhkan aturan. Aturan bisa memberikan pelajaran kepada anak tentang arti tanggung jawab. Namun tentu saja aturan juga tidak boleh terlalu memberatkan anak. Tujuan utama dibuat aturan adalah agar anak bisa menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk mengekang anak. Agar anak tidak terkekang dan bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak, misalnya anak menjadi stres.

1. Berdiskusi dengan Anak Dalam Membuat Aturan

Agar tercipta suatu mufakat bulat, maka orang tua perlu berdiskusi bersama anak. Orang tua tidak boleh membuat aturan secara sepihak. Diskusikan kepada anak tentang aturan yang disepakati. Biarkan anak yang memutuskan konsekuensi dari aturan yang dibuat. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik. Dalam hal ini, orang tua juga harus mematuhi aturan yang telah disepakati. Konsekuensi yang disepakati haruslah memiliki tujuan untuk memperbaiki kepribadian anak.

2. Berikan Konsekuensi Saat Anak dalam Keadaan Tenang

Saat anak berbuat kesalahan, tentu saja orang tua perlu menegur anak. Namun terkadang teguran kepada anak, membuat anak menjadi sedih atau marah. Terkadang ekspresi kesedihan dan kemarahan terungkap secara verbal. Dalam keadaan ini, orang tua perlu menenangkan anak terlebih dahulu. Bila perlu, berikan waktu sejenak kepada anak untuk menenangkan diri atau melakukan instrospeksi diri, hingga dia menyadari kesalahannya. Bila anak ingin melakukan pembelaan, tentu saja orang tua perlu mendengarkan anak dengan dengan penuh kesabaran.

3. Perlunya Ketegasan dalam Memberikan Konsekuensi

Bila anak benar-benar telah melakukan kesalahan, konsekuensi harus tetap dilaksanakan. Hal ini bisa menumbuhkan tanggung jawab pada anak. Konsekuensi juga tidak perlu hal-hal yang berat. Contoh konsekuensi yang bisa diberikan kepada anak adalah tidak boleh bermain video game dalam jangka waktu tertentu atau mengurangi uang jajan.

4. Perlunya Pujian dan Penghargaan kepada Anak

Anak-anak tidak hanya membutuhkan konsekuensi, namun mereka juga membutuhkan pujian dan penghargaan. Saat mereka melakukan sesuatu yang baik, orang tua bisa memberikan pujian atau penghargaan kepada anak. Ucapkan pujian dengan hati yang tulus. Bila perlu, berikan penghargaan juga kepada anak, agar anak semakin terpacu untuk mematuhi aturan.

5. Perlunya Rekonsiliasi antara Orangtua dan Anak

Setelah anak melakukan kesalahan dan mendapatkan konsekuensi, biasanya anak akan merasa bersalah (bila ia benar-benar bersalah). Dalam hal ini, rekonsiliasi sangatlah penting. Orang tua perlu melakukan pendekatan kembali kepada anak. Ungkapkan apa ketidaksukaan Anda dari apa yang telah dilakukan anak, sehingga anak akan paham akan kesalahannya dan memiliki niat untuk memperbaiki. Bila perlu, Anda bisa memulainya dengan meminta maaf bila ada kata-kata tindakan anda yang salah.

6. Aturan Perlu Dipatuhi oleh Anak-Anak dan Orangtua

Anak-anak biasanya akan mencontoh perbuatan dan perkataan orang tuanya. Maka sebagai orang tua, anda perlu memberikan contoh yang baik bagi buah hati anda. Karena pengaruh terbesar dari perkembangan kepribadian anak adalah orang tua mereka sendiri. Semoga buah hati anda akan semakin tumbuh menjadi anak yang baik, disiplin, dan bertangggungjawab.

No comments:

Post a Comment