Friday 13 January 2017

Cara Mengatasi Anak Tidak Tahu Diri



HOMESCHOOLING PENA  
Setara ( SD/SMP/SMA ) 
TERAKREDITASI - BAN PNF


9 Cara Mengatasi Anak Tidak Tahu Diri


Homeschooling Pena Surabaya, 13 Januari 2017

“Di meja makan ada kue bolu, sudah dibagi 4, jatah kamu satu ya” kata ibu kepada Dimas. “Biar Ayah, dan adik makan setelah mereka pulang. Yang satu lagi buat Ibu, jadi teman minum teh.” Tidak berapa lama kemudian, Ibu ke meja makan untuk ambil gelas dan dilihatnya kue bolu tinggal satu.Terlalu kasar bila mengatakan kejadian ini sebagai tindakan tidak tahu diri jika terjadi di rumah. “Ah cuma kue bolu, berapa sih harganya? Hanya makanan saja? Ada makanan yang lain” Dan ada banyak alasan untuk menetapkan bahwa hal ini sepele. Tetapi, jika ini dibiarkan dan terjadi diluar rumah? Kebanyakan akan mendapat label tidak tahu diri.
Karena masih kecil, masalah kue saja bisa sepele. Jika dibiarkan terus masalah ini tidak sepele. Menyerobot antrian, buang sampah sembarangan, jalan di taman dan menginjak tanaman untuk mendapat “shortcut”, tidak tepat waktu, dan banyak hal yang batasnya dilewati. Tidak tahu diri.
Pernah suatu kali di depan pagar rumah saya, ada tamu tetangga yang memarkirkan mobil persis di pintu pagar saya. Sehingga saya tidak bisa keluar. Jujur saya jengkel, karena ada lahan parkir di depan rumah tetangga, yang tidak digunakan, tetapi mengapa parkir di depan pagar saya persis? “Dasar tidak tahu diri” jerit saya dalam hati.
Manusia saat lahir tidak disertai program tahu diri, yang namanya “Tahu Diri” harus dipelajari. Tahu diri dipelajari dengan mengetahui batasan, batasan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini adalah pengertian mudahnya.Awalnya, manusia harus tahu dan belajar mengenai batasan. Saat orang tahu batasan, maka orang akan berkata “Iya, dia orang yang tahu diri, tahu menempatkan dirinya.” Orang yang tahu diri akan mudah disukai dan diterima oleh sesamanya. Bagaimana mengajarkan anak agar tahu diri sedini mungkin?

Ada 9 prinsip, untuk mengajarkan konsep ini. Dan konsep tahu diri perlu ditegakkan dengan cara membuat batasan yang jelas. Maksud dari batasan yang jelas adalah, adanya aturan dan konsekuensi yang jelas dan tegas jika batasan dilaggar.

Baca juga Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter

Berikut panduan membuat anak tahu diri.
1. Libatkan anak saat membuat aturan dan batasan, lakukan diskusi dan negosiasi yang membangun.
2. Fokus pada hal yang dianggap penting, sesuai usia anak, dan pastikan anda sudah siapkan alasan yang tepat bagi anak dan konsisten. Alasan dari ayah dan ibu sama, dan jawaban tidak boleh berubah, pastikan jawaban yang mendidik dan membangun.
3. Hanya sedikit anak yang mampu mengingat batasan dan aturan yang anda tetapkan, jadi ulangi di setiap kesempatan dengan cara yang tidak menggurui, misalnya saat makan di restoran kesukaannya atau saat akan nonton bioskop.
4. Berikan contoh, dan katakan bahwa ini adalah budaya, nilai yang dianut dikeluarga ini. Misal, anda meminta anak tepat waktu, maka sebaiknya dimulai dari orangtua. Buang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.
5. Nyatakan dengan positif, bukan dengan ancaman (konsekuensi) yang akan didapat, tetapi tumbuhkan sikap untuk melakukan perilaku baru. Tunjukan keuntungan dengan melakukan hal yang baik. Hindari mengungkit kesalahan-kesalahan yang lalu, tumbuhkan percaya diri anak dengan melihat ke depan, bukan ke belakang.
6. Jelaskan konsekuensi dengan jelas, jika anak dan orangtua melanggar batasan. Bagaimana konsekuensi berlangsung, dan kapan konsekuensi berakhir. Sebaiknya konsekuensi bukan menghukum fisik, tetapi mengambil hak atau sesuatu yang menyenangkan, misalnya dengan mengurangi jam bermain, mainan kesukaannya disita, menyapu halaman di sore hari selama tiga hari (mengurangi jam bermain disore hari).
7. Dibuat tertulis secara jelas dan diletakkan di tempat yang mudah terbaca. Buatlah menarik dengan gambar atau warna yang menarik agar semua tahu.
8. Evaluasi, jika anak masih tetap melanggar maka perlu ada yang ditinjau ulang. Diskusi dan tetap jalankan konsekuensi dengan tegas, dan sertakan kelembutan dalam ketegasan anda. Jika perilaku sudah terbentuk, lakukan evaluasi juga, untuk meningkatkan perilaku baru yang positif. Setiap 2 bulan, lakukan evaluasi.
9. Berikan pujian atas Upaya dan Usaha melakukan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Hindari pujian seperti, “Pintar ya anak mama, buang sampah ditempat sampah.” Ini baik, tetapi akan lebih baik “Hei, tadi mama perhatikan kamu hebat deh, kamu berusaha disiplin untuk membuang sampah pada tempatnya. Terima kasih ya kamu mau belajar taat dan disiplin dengan aturan kita.”Semoga panduan ini bisa membantu anda memiliki keluarga yang berkualitas baik. 

Panduan ini sangat praktis dan mudah dilakukan, selama anda mau mencobanya.

Sumber : Timothy Wibowo


Enroll Now !

Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014 

TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com 


No comments:

Post a Comment