HOMESCHOOLING PENA
Setara ( SD/SMP/SMA )
TERAKREDITASI - BAN PNF
9 Cara Mengatasi Anak Tidak
Tahu Diri
Homeschooling Pena Surabaya, 13 Januari 2017
“Di meja makan ada kue bolu, sudah dibagi 4, jatah kamu satu ya” kata
ibu kepada Dimas. “Biar Ayah, dan adik makan setelah mereka pulang. Yang satu
lagi buat Ibu, jadi teman minum teh.” Tidak berapa lama kemudian, Ibu ke meja
makan untuk ambil gelas dan dilihatnya kue bolu tinggal satu.Terlalu kasar bila
mengatakan kejadian ini sebagai tindakan tidak tahu diri jika terjadi di rumah.
“Ah cuma kue bolu, berapa sih harganya? Hanya makanan saja? Ada makanan yang
lain” Dan ada banyak alasan untuk menetapkan bahwa hal ini sepele. Tetapi, jika
ini dibiarkan dan terjadi diluar rumah? Kebanyakan akan mendapat label tidak
tahu diri.
Karena masih
kecil, masalah kue saja bisa sepele. Jika dibiarkan terus masalah ini tidak
sepele. Menyerobot antrian, buang sampah sembarangan, jalan di taman dan
menginjak tanaman untuk mendapat “shortcut”, tidak tepat waktu, dan banyak hal
yang batasnya dilewati. Tidak tahu diri.
Pernah suatu
kali di depan pagar rumah saya, ada tamu tetangga yang memarkirkan mobil persis
di pintu pagar saya. Sehingga saya tidak bisa keluar. Jujur saya jengkel,
karena ada lahan parkir di depan rumah tetangga, yang tidak digunakan, tetapi
mengapa parkir di depan pagar saya persis? “Dasar tidak tahu diri” jerit saya dalam
hati.
Manusia saat lahir tidak disertai program tahu diri, yang namanya “Tahu
Diri” harus dipelajari. Tahu diri dipelajari dengan mengetahui batasan, batasan
apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini adalah pengertian
mudahnya.Awalnya, manusia harus tahu dan belajar mengenai batasan. Saat orang
tahu batasan, maka orang akan berkata “Iya, dia orang yang tahu diri, tahu
menempatkan dirinya.” Orang yang tahu diri akan mudah disukai dan diterima oleh
sesamanya. Bagaimana mengajarkan anak agar tahu diri sedini mungkin?
Ada 9
prinsip, untuk mengajarkan konsep ini. Dan konsep tahu diri perlu ditegakkan
dengan cara membuat batasan yang jelas. Maksud dari batasan yang jelas adalah,
adanya aturan dan konsekuensi yang jelas dan tegas jika batasan dilaggar.
Baca juga Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter
Baca juga Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter
Berikut
panduan membuat anak tahu diri.
1. Libatkan
anak saat membuat aturan dan batasan, lakukan diskusi dan negosiasi yang
membangun.
2. Fokus
pada hal yang dianggap penting, sesuai usia anak, dan pastikan anda sudah
siapkan alasan yang tepat bagi anak dan konsisten. Alasan dari ayah dan ibu
sama, dan jawaban tidak boleh berubah, pastikan jawaban yang mendidik dan
membangun.
3. Hanya sedikit anak
yang mampu mengingat batasan dan aturan yang anda tetapkan, jadi ulangi di
setiap kesempatan dengan cara yang tidak menggurui, misalnya saat makan di
restoran kesukaannya atau saat akan nonton bioskop.
4. Berikan contoh, dan
katakan bahwa ini adalah budaya, nilai yang dianut dikeluarga ini. Misal, anda
meminta anak tepat waktu, maka sebaiknya dimulai dari orangtua. Buang sampah
pada tempatnya, dan lain-lain.
5. Nyatakan dengan positif, bukan dengan ancaman
(konsekuensi) yang akan didapat, tetapi tumbuhkan sikap untuk melakukan
perilaku baru. Tunjukan keuntungan dengan melakukan hal yang baik. Hindari
mengungkit kesalahan-kesalahan yang lalu, tumbuhkan percaya diri anak dengan
melihat ke depan, bukan ke belakang.
6. Jelaskan konsekuensi dengan jelas, jika
anak dan orangtua melanggar batasan. Bagaimana konsekuensi berlangsung, dan
kapan konsekuensi berakhir. Sebaiknya konsekuensi bukan menghukum fisik, tetapi
mengambil hak atau sesuatu yang menyenangkan, misalnya dengan mengurangi jam
bermain, mainan kesukaannya disita, menyapu halaman di sore hari selama tiga
hari (mengurangi jam bermain disore hari).
7. Dibuat tertulis secara jelas dan
diletakkan di tempat yang mudah terbaca. Buatlah menarik dengan gambar atau
warna yang menarik agar semua tahu.
8. Evaluasi, jika
anak masih tetap melanggar maka perlu ada yang ditinjau ulang. Diskusi dan
tetap jalankan konsekuensi dengan tegas, dan sertakan kelembutan dalam
ketegasan anda. Jika perilaku sudah terbentuk, lakukan evaluasi juga, untuk
meningkatkan perilaku baru yang positif. Setiap 2 bulan, lakukan evaluasi.
9.
Berikan pujian atas Upaya
dan Usaha melakukan
kesepakatan yang telah dibuat bersama. Hindari pujian seperti, “Pintar ya anak
mama, buang sampah ditempat sampah.” Ini baik, tetapi akan lebih baik “Hei,
tadi mama perhatikan kamu hebat deh, kamu berusaha disiplin untuk membuang
sampah pada tempatnya. Terima kasih ya kamu mau belajar taat dan disiplin
dengan aturan kita.”Semoga panduan ini bisa membantu anda memiliki keluarga
yang berkualitas baik.
Panduan ini sangat praktis dan mudah dilakukan, selama
anda mau mencobanya.
Sumber
: Timothy Wibowo
Enroll Now !
Information & Registration :
Jl. Ketintang Baru III No. 3 Surabaya
Phone : 031-8299413
Mobile : 081234441997
Ijin Dinas Pendidikan Kota Surabaya No. 188/7736/436.6.4/2014
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
TERDAFTAR di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NPSN : P9908360
Follow Us on Twitter
Available on Google Play Store
www.homeschoolingpena.com
No comments:
Post a Comment